Mohon tunggu...
Shika Adenia
Shika Adenia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Respon FOMO Penggemar Musik K-Pop Terhadap Konser Idol Korea

6 Januari 2024   11:54 Diperbarui: 6 Januari 2024   12:09 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
@sooya_ instagram photos and videos

Media sosial pada generasi saat ini tidak hanya berfungsi sebagai alat mencari informasi, tetapi menjadi wadah sebagai individu untuk mengetahui atau memberi tahu aktivitas yang dimiliki. Sehingga tak jarang membuat individu merasakan kemunculan kecemasan dan ketakutan apabila tidak bisa terhubung dengan aktivitas yang orang lain lakukan di media sosial maupun kehidupan sehari-hari yang disebut dengan Fear of Missing Out (FoMO). 

Fenomena FOMO lebih seringa terjadi pada remaja dan orang dewasa, termasuk mahasiswa. Terjadinya Fear of Missing Out pada suatu individu umumnya diawali dengan hal yang terjadi di media sosial. 

FoMo adalah fenomena psikologis yang muncul akibat adanya keinginan untuk terus mengikuti perkembangan yang sedang terjadi. Istilah FoMO pertama kali diperkenalkan oleh Przybylski, Murayama, DeHaan, dan Gladwell pada tahun 2013 yang mendefinisikan FoMO sebagai perasaan khawatir akan tertinggal dari pengalaman yang mengesankan pada individu. Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi yaitu melalui media sosial yang berbasis internet dengan menggunakan gadget atau telepon pintar, namun sayangnya cara ini menjadi awal masalah baru terjadi bagi sebagian orang, misalnya FoMO.

Perilaku takut akan ketertinggalan ini juga sering terjadi pada penggemar musik K-pop. Budaya ini biasa disebut Korean Wave yang merupakan sebutan untuk budaya pop Korea Selatan yang telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hal ini menjadikan budaya asal Korea menjadi bentuk dari budaya populer. Adanya boyband dan girlband asalh Korea Selatan kerap disebut dengan Korean Pop atau disingkat K-Pop. Idola atau artis K-Pop cukup sering melakukan konser tur dunia yang dihadiri ribuan bahkan jutaan penggemar. 

Para penggemar rela untuk mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk dapat bertemu dan menyaksikan penampilan langsung dari grup idol yang mereka suka, inilah yang dapat menjadi pemicu adanya perilaku FoMO. Hal ini tidak jauh dari peran media dalam perkembangan budaya Korea. Adanya media terutama YouTube, Instagram, TikTok, X, dan lainnya yang menyalurkan informasi serta pengetahuan terhadap artis mereka.

Contohnya konser yang diadakan oleh girlband asal Korea yang besar namanya di dunia musik yaitu Blackpink dengan konsernya yang bertajuk "BORN PINK World Tour Jakarta" pada tanggal 11-12 Maret 2023 di Stadion Utama Glora Bung Karno. Antusias yang didapatkan sangat tinggi karena tidak hanya masyarakat biasa saja yang menonton, terdapat banyak artis Indonesia juga yang terlihat ikut memeriahkan konser ini seperti Nagita Slavina, Ayu Dewi, Pevita Pearce, Angga Yunanda, dan masih banyak lagi. 

Semua media sosial seketika berisi tentang konser Blackpink dari X, Instagram, hingga TikTok sehingga membuat penggemar yang tidak ikut menonton menjadi tahu apa yang terjadi saat konser terjadi. Tidak haya kesenangan saja yang dipublikasikan di media sosial, penggemar juga berkeluh kesah terkait ekspektasi yang tidak sesuai yang dirasakan oleh penggemar, seperti banyaknya orang yang bisa masuk tanpa memiliki tiket menyebabkan penggemar yang sudah memiliki tiket tidak kebagian kursi penonton. 

Ada penggemar yang membagikan video pada aplikasi TikTok yang menunjukkan bahwa sedikit penonton yang ikut bernyanyi bersama sang artis, hanya terlihat ponsel yang sedang merekam pada kebanyakan orang bahkan sampai adanya kasus penipuan terhadap jual beli tiket konser entah di sosial media ataupun secara on the spot. Ini sudah menunjukkan bahwa beberapa orang yang ikut menonton konser tidak hanya kalangan penggemar saja namun orang-orang yang ikut dalam kategori FoMO ini juga cukup mendominasi.

Kasus FoMO dapat dicegah apabila seseorang memiliki regulasi diri yang baik. Kemampuan untuk menentukan perilaku guna mencapai suatu tujuan yang di inginkan, hal ini disebut dengang regulasi diri oleh Zimmerman (2000) yang menjelaskan tahap dari cara berfikir, perasaan dan perilaku yang akan diambil, merancang rencana yang ingin dilakukan supaya mencapai sesuatu yang di inginkan. 

Solusi lain yang dapat diatasi dari perilaku FoMO ini bisa dengan cara internal dan eksternal. Seperti yang sudah dikatakan oleh Zimmerman termasuk dalam solusi internal, tidak hanya itu, solusi internal lainnya dapat diselesaikan dari dorongan atau motivasi dari diri sendiri. Sedangkan solusi eksternal dapat diselesaikan dari bantuan orang terdekat seperti keluarga dan melalui informasi dari internet ataupun sumber lainnya. 

Pada umumnya, FoMO dapat diatasi dari sisi internal seperti membatasi diri dari penggunaan gadget dan media sosial, cara ini biasa disebut Detox sosial media (Wahyuni et al., 2022), yaitu upaya untuk mengurangi dan menyeleksi penggunaan media sosial. Detox sosial bertujuan agar penggunanya cukup menggunakan aplikasi yang benar-benar dibutuhkan dan dapat membuat individu menjadi menerima kekurangan diri sendiri, fokus mengembangkan diri serta berhanti membandingkan dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun