Mohon tunggu...
Shihab Akbar
Shihab Akbar Mohon Tunggu... -

Anak pertama dari 5 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berkembangnya Psikososial Anak Berkembangnya Moral Bangsa

25 Mei 2015   19:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:37 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perkembangan psikososial adalah tumbuh kembang yang berkaitan dengan emosional, motivasi dan perkembangan diri manusia serta perubahan dalam bagaimana individu berinteraksi dengan individu lainnya.

Perkembangan psikososial pada masa kanak-kanak di bagi dalam beberapa fase, dan beberapa diantaranya adalah fase perkembangan psikososial masa kanak-kanak (Papalia & Olds, 1995), yaitu :

1.Fase pembentukan kepercayaan vs tidak percaya (0 – 18 bulan)

2.Fase Otonomi vs malu-malu & Ragu-ragu (18 bulan – 3 tahun)

3.Fase Inisiatif vs merasa bersalah (3 – 6 tahun)

Melihat dari pembagian fase perkembangan tersebut maka masa  kanak-kanak awal sedang berada dalam fase Inisiatif x merasa bersalah.

Pada tahap ini, dilema yang terjadi dalam diri anak adalah antara inisiatif dan melaksanakan inisiatif itu sendiri, dan rasa bersalah yang berkaitan dengan apa yang dilakukannya. Oleh sebab itu, anak perlu belajar mengendalikan perasaan ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan jalan menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri anak. Disamping itu, anak masih perlu merasakan kebebasannya. Apabila perkembangan rasa bersalah melebihi perkembangan inisiatif anak, maka anak akan menjadi anak yang diliputi rasa ragu-ragu dan akibat terparah adalah matinya insiatif yang semestinya hal ini merupakan sesuatu yang urgen demi masa depannya.

Ada beberapa hal yang dapat mengembangkan aspek psikososial anak di usia ini salah satunya dengan adanya permainan-permainan, Herrington & Parke (1979) mendefinisikan permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Hal ini karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan didapatkannya.

Permainan Menurut John W. Santrock (2002: 272-275) memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Permainan meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya.

2. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain.

3. Permainan sebagai wadah untuk mempraktikkan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya.

Tentunya dengan berbagai permainan anak dididik secara mental dan fisik serta pengembangan inisiatif-inisiatifpun bisa ditemukan bersama-sama dengan teman sepermainan. Maka dari itu akan lebih baik untuk membiarkan anak-anak bermain bersama teman-temannya daripada bermain sendiri game-game virtual yang malah menyebabkan keterbelakangan dalam hal psikososial, sehingga ketika sang anak diterjunkan dalam masyarakat tidak terjadi gap antara anak dan masyarakat yang nantinya akan menimbulkan kesenjangan sosial atau disorientasi yang dirasakan oleh anak tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun