Mohon tunggu...
Shifna Asna Allifya
Shifna Asna Allifya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

Mahasiswa IPICOM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Ilmu Al Quran dan Hadits

9 Juli 2021   23:32 Diperbarui: 10 Juli 2021   00:22 2685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.qnl.qa/

Al-Qur'an dan Hadits merupakan pondasi atau pegangan dasar umat Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam yang mana kita harus senantiasa berpegang teguh terhadap keduanya, karena keduanya tidak dapat dipisahkan.  Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat kepada umatnya tentang pentingnya menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah (hadits) sebagai pedoman dalam hidup. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku tinggalkan kepada kamu (umatku) dua perkara. Jika kamu berpegang teguh pada keduanya maka niscaya kamu tidak akan tersesat untuk selama-lamanya. Dua perkara itu adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah,” (HR Muslim).  


Sebagai seorang Muslim, sudah semestinya kita mempelajari dan berusaha untuk memahami Al-Qur'an dan Hadits yang merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan. Dalam perjalanan untuk mempelajari dan memahami Al-Qur'an dan Hadits, maka kita akan menemukan dua keilmuan yang menjadi dasar atau pengantar untuk dapat mempelajari Al-Qur'an dan Hadits. Kedua ilmu tersebut merupakan Ilmu Al-Qur'an (Ulumul Qur'an) dan Ilmu Hadits (Ulumul Hadits). Ilmu Al-Qur'an dan Ilmu Hadits merupakan dua keilmuan yang berbeda, akan tetapi saling berkaitan dan saling melengkapi. Karena pada dasarnya fungsi dari Hadits adalah sebagai penjelas dari Al-Qur'an.


Ulumul Qur'an dan Ulumul Hadits, mengapa dikatakan "Ulum"? Karena kata "ulum" merupakan jamak dari ilmu (yang berarti: ilmu-ilmu), yang mana di dalam mempelajari Al-Qur'an diperlukan berbagai macam ilmu, begitu pula di dalam  Hadits yang sama-sama memerlukan berbagai macam ilmu untuk mempelajarinya. Kedua ilmu ini sangat penting untuk dipelajari, karena menyangkut hadits Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam di atas, yang mana sebagai umatnya kita harus berpegang teguh pada keduanya, yakni Al-Qur'an dan Hadits. Lalu bagaimana cara kita berpegang teguh jika kita tidak tahu apa yang kita pegang? Kemudian bagaimanakah cara kita memegangnya? Maka dengan mempelajari ilmu Al-Qur'an dan Hadits kita akan mengetahui bagaimana cara kita untuk berpegang pada keduanya.


Sebelumya kita harus mengetahui tentang perbedaan antara Al-Qur'an, Hadits Qudsi, dan Hadits Nabawi. Al-Qur'an merupakan kalamullah atau perkataan Allah 'azza wa jalla yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam  melalui perantara Malaikat Jibril 'alaihissalam, yang lafadz dan maknanya dari Allah 'azza wa jalla. Al-Qur'an merupakan mukjizat yang tidak boleh diragukan (bersifat mutawattir). Tidak boleh dinasabkan kecuali hanya kepada Allah 'azza wa jalla. Sedangkan hadits qudsi merupakan hadits yang disandarkan kepada Nabi shalllahu 'alaihi wa sallam, Nabi meriwayatkan langsung dari Allah 'azza wa jalla dan lafadznya dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian hadits nabawi merupakan apa-apa yang disandarkan kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dari perkataan, perbuatan, taqriir, dan sifat.


Di era yang serba canggih saat ini banyak orang yang menyeru untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits, namun kurang memperhatikan bagaimana cara untuk memahami Al-Qur'an dan Hadits. Mereka lebih cenderung untuk mengandalkan terjemahannya saja. Padahal makna yang sebenarnya dengan terjemah kadang berbeda sehingga tidak sedikit yang mengalami banyak kekeliruan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an. Begitu pula tidak sedikit yang justru berpatokan atau mengandalkan suatu hadits padahal hadits tersebut tidak terjamin keshahihannya bahkan merupakan hadits palsu. Sehingga banyak orang yang tersesat. Maka dari sinilah ilmu Al-Qur'an dan Hadits menjadi penting untuk dipelajari.


Ulumul Qur'an merupakan cabang ilmu yang membahas tentang sejarah dan perkembangan ilmu Al-Qur'an, pengetahuan-pengetahuan tentang Al-Qur'an seperti nama-nama dan sifat-sifat dari Al-Qur'an, karakteristik tentang ayat-ayat Al-Qur'an, sebab-sebab turunnya ayat, ilmu-ilmu Qira'at dan Qurra', hingga membahas tentang terjemah, tafsir, dan takwil dari Al-Qur'an, serta keilmuan-keilmuan yang berhubungan dengan Al-Qur'an.


Sedangkan Ulumul Hadits merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana mengenali dan memahami hadits-hadits Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, yang pengertian hadits sendiri  merupakan segala perbuatan, perkataan, taqrir, atau sifat yang disandarkan kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. Ilmu hadits terbagi menjadi dua, yakni Riwayah dan Diroyah. Ilmu hadits riwayah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hadits-hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam baik berupa perkataan, perbuatan, taqriir, tabiat dan tingkah laku beliau. Sedangkan ilmu hadits dirayah merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana mengetahui dan menetapkan maqbul (diterima) dan mardud (ditolak)nya suatu hadits. Ilmu ini memiliki beberapa cabang yang berkaitan dengan sanad, rawi, dan matan hadits. Walaupun berbeda, ilmu hadits riwayah dan dirayah tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. 


Ilmu Al-Qur'an dan Hadits memang sangatlah luas cakupannya. Jika kita ingin mempelajarinya, maka kita bisa mempelajari secara umum atau bahkan khusus dengan mendalami atau mengambil fokus (menjadi spesialis) dalam ilmu tersebut. Dengan luasnya cakupan ilmu Al-Qur'an dan Hadits, bukan berarti kita merasa berat dan tidak mempelajari ilmu tersebut. Padahal fungsi dari ilmu Al-Qur'an dan Hadits adalah supaya kita bisa lebih memahami Al-Qur'an dan Hadits itu sendiri. Sebagai umat Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam hendaknya kita menyadari betapa pentingnya mempelajari kedua ilmu ini.  Setidaknya dalam hidup ini kita sudah berusaha untuk mempelajari kedua ilmu ini.


Al-Qur'an dan Hadits adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Jika ada orang yang memisahkan antara keduanya, dan hanya berpegang kepada Al-Qur'an saja, atau hadits saja maka mereka bukanlah orang yang bergama Islam Ahlussunnah wal Jama'ah. Seperti halnya pada kelompok Qur'aniyyun atau Qur'anisme yang tidak mau mengakui As-Sunnah (hadits). Mereka hanya mengambil hukum dari Al-Qur'an saja, dan tidak mau mengakui dan mengambil hukum dari hadits-hadits Nabi shallahu 'alaihi wa sallam padahal hadits merupakan pelengkap dari Al-Qur'an, maka mereka bukanlah Islam yang benar. Islam yang benar adalah yang beriman dan berpegang teguh pada keduanya tanpa memisahkannya. Seperti halnya bagaimana kita mengetahui sholat lima waktu kalau bukan dari hadits, bagaimana kita mengetahui cara berwudhu yang benar kalau bukan dari hadits, dan banyak perkara lainnya sedangkan hadits merupakan penjelas dari Al-Qur'an.


Semoga kita semua dapat memperlajari ilmu Al-Qur'an dan Hadits serta Allah berikan kemudahan untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah serta berpegang teguh kepada keduanya hingga akhir zaman dan hingga akhir kehidupan kita. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun