Tidak ada lagi etnosentrisme di antara para anggotanya. Semuanya membaur jadi satu, mempelajari apa yang mungkin saja belum pernah dipelajari sebelumnya.
Sudah hal yang lazim ketika kami harus mempelajari hal yang baru. Orang jawa mempelajari gamelan sunda, orang merauke mempelajari naskah drama berbahasa sunda, atau bahkan orang sunda mempelajari tarian etnis lain untuk ditampilkan pada pertunjukan.
Sebuah kepuasan tersendiri dan menjadi kebahagiaan kami, saat menampilkan berbagai kesenian etnik di depan penonton, yang juga berasal dari ragam suku dan budaya berbeda. Nyatanya mereka tetap antusias mengapresiasi. Memenuhi kursi- kursi penonton dan bertahan sampai pertunjukan selesai.
Meski banyak juga yang kurang memahami, misalnya mereka yang tak paham bahasa sunda, tetap tertawa menonton pertunjukan Longser (Drama komedi Sunda) meski sambil kerepotan menanyakan arti dialog kepada teman sebelahnya. Begitu indahnya keberagaman.
Hal ini menjadi poin penting, bahwa kesenian etnik bisa menjadi salah satu jalan untuk tetap mempersatukan perbedaan tanpa meleburkan dari mana tiap individu berasal. Menggaungkannya kembali di kalangan mahasiswa, di kalangan kaum muda, yang sesungguhnya menjadi salah satu garda terdepan dalam menjaga, agar kesenian etnik tak lagi tinggal nama.
Untuk kamu yang ingin tahu lebih banyak tentang kami atau ingin menawarkan kerjasama terkait kesenian Sunda khususnya area Bandung Raya , baik itu pertunjukan musik kolaborasi etnik, upacara adat (pengantin sunda, menyambut tamu, dll) , tari, longser, maupun calung, silahkan kunjungi dan hubungi kami di @garnidapoltekesos.bdg (official account instagram).
08 April 2020
Enchip
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H