Karya sastra berupa cerpen atau cerita pendek, merupakan suatu cerita fiksi yang berfokus pada satu permasalahan. Cerpen adalah sebuah karya sastra yang sangat digemari oleh khalayak. Salah satunya cerpen karya Ratih Kumala yang berjudul 'Wanita Berwajah Penyok'. Â Â
Cerpen berjudul 'Wanita Berwajah Penyok' ini bertemakan sebuah kesendirian atau kesipian dari seorang anak gadis yang dikurung oleh keluarganya. Kesendirian dan kesepian itu tertuang pada kalimat,Â
"Seperti apakah  rasanya hidup menjadi orang yang tak dimaui? Tanyakan pertanyaan ini padanya". Kalimat ini jelas ditujukan pada seorang gadis yang terkurung kesepian itu.
Pada cerpen ini diceritakan latar tempat berada pada sebuah gubuk kecil dekat komplek kuburan. Hal ini tergambar jelas pada kalimat
"Dengan terpaksa keluarga wnita berwajah penyok akhirnya memutuskan untuk memasung dirinya pada sebuah ruangan kecil yang tak bisa disebut manusiawi dekat tanah perkuburan".Â
Sedangkan latar waktu yang disuguhkan pada cerpen 'Wanita Berwajah Penyok' yaitu pagi dan malam hari. Yang tergambar pada kalimat,Â
"Paginya ia terbangun oleh segaris sinar yang masuk dari celah atap", hal ini menunjukan bahwa latar waktu pada kalimat ini yaitu pagi hari.
"Pada malam yang biasanya kelam nan pekat, kini wanita berwajah penyok bisa mendapat segaris cahaya dari celah lbang tadi", sudah jelas pada kalimat ini bahwa waktu telah menunjukan matahari telah tenggelam.
Alur yang disuguhkan pada cerpen berjudul 'Wanita Berwajah Penyok' karya Ratih Kumala ini, yaitu alur maju.Â
"Semakin hari sabit rembulan jadi kembali membulat walaupun wajahnya masih pasi", pada kata "Semakin hari" menunjukan adanya pergantian hari yang jelas menunjukan adanya alur maju.