Mohon tunggu...
Shidiq Hasri
Shidiq Hasri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis biasa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semiotika dalam Film Seven (1995)

27 Oktober 2022   11:03 Diperbarui: 27 Oktober 2022   11:12 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Aart van Zoest memandang bahwa segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati disebut sebagai tanda. Arti tanda sendiri sangatlah universal. Tidak hanya benda, peristiwa, 'ketiadaan' peristiwa, struktur, pola, semua hal tersebut termasuk tanda. Tatapan mata, sebuah kata, warna baju, suatu sikap, suatu keheningan, cara bicara, suatu pola, semuanya dapat disebut tanda.

Film Se7en (1995) adalah film fiksi karya David Fincher yang kaya akan semiotika di dalamnya. Hal ini masuk akal menimbang bahwa Se7en adalah film bergenre detektif. Semisal kita ambil contoh dari motif antagonis didalam film yang melakukan pembunuhan berdasarkan The Seven Deadly Sins, yaitu pride, greed, lust, envy, gluttony, wrath, dan sloth. Berdasarkan motif ini terdapat pola yang dilakukan oleh antagonis. Selanjutnya dari setiap korban yang dibunuh semuanya memiliki aspek dari ketujuh dosa besar tersebut. 

Korban pertama adalah representasi greed, yaitu karena tubuhnya yang obesitas menjadi penanda ketamakan. Korban kedua adalah representasi pride, yaitu seorang pengacara yang jelas-jelas menjilat pantat hakim untuk menyelamatkan pemerkosa keji yang menjadi penanda kesombongan. Semuanya berlanjut hingga pada akhirnya ditutup dengan detektif utama dalam film membunuh antagonis yang menjadi representasi dosa terakhir dalam 'pembunuhan' yang dilakukan antagonis, yaitu wrath. Semuanya berkesinambungan satu sama lain sehingga membentuk suatu pola pembunuhan yang "indah".

Pada akhirnya pun dijelaskan bahwa antagonis melakukan pembunuhan berdasarkan Seven Deadly Sins adalah untuk mengkritik sikap masyarakat yang acuh terhadap dosa yang dilakukan di lingkungan sekitar. Seolah masyarakat menolerirkan dosa tersebut. Maka karena itu antagonis melakukan pembunuhan berdasarkan tujuh dosa besar agar mengalihkan pengacuhan tersebut dan bergerak untuk berkhutbah.

Semua tanda ini dikemas sedemikian rupa dan pada akhirnya membentuk suatu pesan yang dalam, "mengkritik sikap masyarakat terhadap pengacuhan dosa di lingkungan sekitar." 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun