Mohon tunggu...
Shidiq Hasri
Shidiq Hasri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis biasa.

Selanjutnya

Tutup

Film

Seven: Pukulan Telak kepada Masyarakat Sosial

25 Oktober 2022   11:31 Diperbarui: 25 Oktober 2022   11:35 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seven menceritakan kisah Detektif William Somerset dan David Mills dalam menginvestigasi pembunuh berantai yang membunuh berdasarkan 7 Dosa Besar. Walau sudah menyentuh hampir 30 tahun, film thriller karya David Fincher tetap relevan hingga sekarang, dari segi plot, estetika, pemaknaan, hingga pesan.

Yang perlu diperhatikan dari Seven adalah bagaimana latar tempat dan waktunya yang tidak jelas, atau bisa dibilang 'sengaja' agar tidak jelas. Dari nama kota yang tidak pernah disebutkan, hanya sebatas dari dialog "kota ini--". Juga ketidakjelasan teknologi yang ada pada film, bagaimana kostum-kostum yang dipakai dalam film adalah dari tahun 1940, namun mobil-mobil yang ada pada film terlihat kontemporer di tahun 1990-an. Cuaca dalam Seven pun selalu hujan, menambah suasana mencekam kota yang Somerset kutuk ini.

Kontradiksi-kontradiksi ini dapat ditemukan tidak hanya di pelataran saja, namun juga dalam pengkarakteran. Yang dimana kasus ini menjadi kasus terakhir Somerset sebelum pensiun, dan kasus pertama Mills di kota ini. Sifat Somerset yang selalu tenang, bijaksana, dan penyabar, berlawanan dengan sifat Mills yang arogan, tidak pikir panjang, dan pemarah di sepanjang film ini. Ironisnya kedua karakter tersebut yang pada awalnya tidak cocok satu sama lain, menjadi duo detektif yang bekerja sama dengan baik untuk mengejar dalang pembunuhan ini. Walaupun pada akhirnya mereka hanya menjadi olok-olokan John Doe, dalang dari pembunuhan berantai ini, yang merupakan orang teliti, disiplin, rasional, dan penyabar.

John Doe menjadi antagonis sekaligus karakter yang sangat kompleks. Segala pembunuhan yang ia lakukan adalah berdasarkan 7 Dosa Besar. Menariknya pembawaan film Seven dalam mengantarkan pembunuhan-pembunuhan ini kepada film berkaitan dengan teori milik Walter Fisher yaitu Paradigma Naratif, dimana manusia adalah makhluk pencerita. Pembunuhannya mengenai Lust digambarkan sangat 'sensitif' walau hanya berdasarkan cerita korban dan beberapa foto alat pembunuhan. Pembunuhan mengenai Gluttony membuat penonton merasakan kemualan karena tubuh korban yang sudah hancur karena makan berlebihan, ditambah dengan penjelasan polisi mengenai kejadian pembunuhan. Dan masih ada 5 pembunuhan lagi berdasarkan 7 Dosa Besar.

Ketiga karakter tersebut pada akhirnya dipertemukan setelah John Doe sendiri memutuskan untuk menyerahkan dirinya ke kepolisian, dan menyatakan masih ada satu korban lagi yang perlu ditemukan, dan mensyaratkan hanya Somerset dan Mills yang boleh mengantarkannya ke lokasi mayat. Disini pertarungan ideologi ketiganya terjadi, dan motif John Doe menjadi pembunuh terungkap, yang dimana ia merasakan bahwa ia adalah utusan tuhan, dan berdasarkan pemikiran rasional bahwa keadaan masyarakat sosial kini sangat acuh terhadap kejahatan-kejahatan yang terjadi di sekitar mereka. Maka John Doe menganggap bahwa kini kita tidak bisa memberitahu seseorang hanya dengan menegur, tapi memukul mereka dengan palu. Oleh karena itu John Doe melakukan hal yang sama. Ia melakukan pembunuhan berantai untuk memberitahu kepada lingkungan bahwa mereka sangatlah keji dalam mengacuhkan kejahatan-kejahatan yang terjadi di sekitar mereka.

Pandangan ini ditolak penuh oleh Mills, yang mengatakan bahwa John Doe hanyalah psikopat yang tidak waras. Walaupun Somerset yang jatuhnya merupakan orang yang lebih bijaksana, berpendapat bahwa John Doe tidak salah sepenuhnya, yaitu keacuhan masyarakat terhadap lingkungan di kala ini. John Doe, seseorang yang peduli terhadap lingkungan sosialnya, melakukan pekerjaan tuhan. Film ini adalah film brillian yang akan selalu relevan sepanjang masa, mengkritik sosial terhadap perilaku acuhnya kepada kejahatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun