Mohon tunggu...
Shidana wildan
Shidana wildan Mohon Tunggu... Mahasiswa - pencari hidayah

Mendem jero mikul dhuwur

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Merespon Mendung Tanpo Udan melalui Pendekatan Dialektika Hegel

2 Oktober 2021   01:41 Diperbarui: 2 Oktober 2021   01:50 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya pribadi sepakat apa yang dikatakan oleh yeni inka dalam penggalan lirik lagunya yang berjudul Angel, yakni "tresno kui ra koyo Instagram, sing diklik langsung oleh ati" karena nyatanya untuk mendapatkan cinta dari seseorang orang tidak sebercanda itu. Perlu perjuangan keras dan netes eluh yang menjadi-jadi.

            Untuk menjabarkan pendahuluan yang saya tulis diatas tersebut mari kita sama-sama bedah melalui pendekatan filsafat dialektika GWF Hegel agar lebih dalam dan mendapat suatu cinta dan filosofis yang tulus. Namun sebelumnya saya akan ceritakan singkat siapa itu GWF Hegel dan mengapa saya tertarik untuk membahasnya di tulisan ini. George Wilhelm Friedrich Hegel seorang filsuf berkebangsaan jerman yang lahir pada 27 agustus 1770  dan wafat pada 14 november 1831. Dia adalah seorang filsuf yang menggunakan dialektika dalam metode berfilsafatnya. Metode dialektika yang dimaksud hegel adalah dua hal yang bersifat kontradiktif atau bertentangan lalu didamaikan. Bisa kita uraikan bahwa sebelum kita mendapat suatu sintesis (hasil) harus ada dua tahapan yang di awali dengan tesis (pernyataan) dan setelah itu antithesis (pengingkaran), kedua hal itu harus kita benturkan terlebih dahulu untuk mendapatkan suatu hasil. Tahapan pertama yaitu pernyataan, pernyataan disini harus berupa pengertian empiris indrawi yang didalamnya terkandung kata-kata yang digunakan dalam keseharian, realistis, dan tidak bersifat reflektif sehingga terkesan umum dan konseptual. Lalu yang kedua yaitu pengingkaran, pengingkaran disini berupa pengertian yang dilawanartikan dari pengertian yang pertama sehingga muncul suatu pengertian yang baru atau masih kosong dan tak terbatas. Dari kedua pengertian itu akan membuahkan suatu hasil pemikiran yang baru sehingga lebih ideal. Contoh simpelnya Ketika kita mengalami suatu pertentangan atau berbedaan janganlah kamu hindari hal tersebut. Lakukanlah, karena itu bagian dari proses dialektis untuk memecahkan suatu masalah dan mencurahkan segala isi perasaan.

            Maka dari itu konsep untuk memulai mencintai seseorang disini agar tercipta dengan tulus dan lebih ideal mungkin bisa kita benturkan dengan pendekatan tersebut. Ora hanya sekedar bualan I love you atau tilpun tilpunan belaka, karena pada dasarnya soal realita juga perlu di pertimbangkan. Jadi berpikirlah yang lebih kritis terhadap realita yang kamu alami sekarang bukan hanya ekspektasi yang selalu merujuk terhadap proses pencarian cinta di film, sinetron, dan segala kisah cinta lainya. terlebih jika calon pasanganmu atau bribrikanmu beda keyakinan antara kamu yakin sama dia dan dianya kurang yakin sama kamu, nek itu kamu tau di akhir, sumpah itu nyesek lan teles nang pipi lur. Perlu pemikiran yang matang-matang. Apalagi terkadang kita terlalu termakan oleh gejolak api asmara atau keadaan yang dimana posisi awal saat memulai suatu hubungan selalu berandai-andai dan banyak ekspektasi indah nantinya atau mikir enaknya saja tanpa memikirkan suatu analasis kedepan dalam menjalani suatu hubungan, wess..... ajur ajur.

Ya seperti itulah, karena pada dasarnya untuk urusan cinta dan mencintai itu terbentuk melalui kesepakatan atas proses yang kamu lalui sebelumnya tentang hal-hal pertentangan yang bersifat sentimental dan akhirnya mendapat hasil yang lebih baik, bukan hanya sekedar seberapa besar kamu pengertian terhadapnya atau hanya sekedar angan-angan seperti "awak e dewe tau ndue bayangan mbesok nek wis wayah umah-umahan, aku moco koran sarungan, koe blonjo daseteran" yang nantinya itu hanyalah fana ketika itu tidak dimaknai dengan proses dan perhitungan yang serius

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun