Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
2.1 KEILMIAHAN LINGUISTIK
Pada dasarnya setiap ilmu, termasuk juga ilmu linguistik, telah mengalami tiga tahap perkembangan sebagai berikut :
Tahap pertama, yakni tahap spekulasi. Dalam tahap ini pembicaraan mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan sikap spekulatif. Artinya, kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.
Tahap kedua, adalah tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para ahli di bidang bahasa baru mengumpulkan dan menggolong-golongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori atau kesimpulan apapun.
Tahap ketiga, adalah tahap adanya perumusan teori. Pada tahap ini, setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data empiris yang dikumpulkan. Kemudian, dalam disiplin itu dirumuskan hipotesis atau hipotesis-hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan menyusun tes untuk menguji hipotesis-hipotesis terhadap fakta-fakta yang ada.
2.2 SUBDISIPLIN LINGUISTIK
Mengingat bahwa objek linguistik, yaitu bahasa, merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat, sedangkan kegiatan itu sangat luas, maka subdisiplin atau cabang linguistik itu pun menjadi sangat banyak. Dalam berbagai buku teks linguistik mungkin akan kita dapati nama-nama subdisiplin linguistik seperti linguistik umum, linguistik deskriptif, linguistik komparatif, linguistik struktural, linguistik antropologis, dan sebagainya.
Penamaan subdisiplin itu tentunya berdasarkan suatu kriteria atau dasar tertentu. Nama-nama subdisiplin linguistik berdasarkan :
( a ) objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu,
( b ) objek kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa,
( c ) objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau bahasa itu dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar bahasa,
( d ) tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori belaka atau untuk tujuan terapan, dan
( e ) teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya.
2.2.1 Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus
Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Pernyataan-pernyataan teoritis yang dihasilkan akan menyangkut bahasa pada umumnya, bukan bahasa tertentu. Sedangkan linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia, atau bahasa Jawa.
2.2.2 Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa pada sepanjang masa dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan, bahasa Jawa dewasa ini, atau juga bahasa Inggris pada zaman William Shakespeare. Studi linguistik sinkronik ini biasa disebut juga linguistik deskriptif, karena berupaya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya pada suatu masa tertentu.
Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa ( atau bahasa-bahasa ) pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai zaman punahnya bahasa tersebut ( kalau bahasa tersebut sudah punah, seperti bahasa Latin dan bahasa Sanskerta ), atau sampai zaman sekarang ( kalau bahasa itu masih tetap hidup, seperti bahasa Arab dan bahasa Jawa ).
Kajian linguistik diakronik ini biasanya bersifat historis dan komparatif. Oleh karena itu dikenal juga adanya linguistik historis komparatif. Tujuan linguistik diakronik ini terutama adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya. Pernyataan seperti " kata batu berasal dari kata watu " adalah pernyataan yang bersifat diakronik. Begitu juga dengan pernyataan " kata pena dulu berarti ' bulu angsa ', sekarang berarti alat tulis bertinta ". Hasil kajian diakronik seringkali diperlukan untuk menerangjelaskan deskripsi studi sinkronik.
2.2.3 Berdasarkan objek kajiannya, apakah struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam hubungannya dengan faktor- faktor di luar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro ( dalam kepustakaan lain disebut mikrolinguistik dan makrolinguistik )
Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya. Sejalan dengan adanya subsistem bahasa, maka dalam linguistik mikro ada subdisiplin linguistik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Ada juga yang menggabungkan morfologi dan sintaksis menjadi morfosintaksis; dan menggabungkan semantik dengan leksikologi menjadi leksikosemantik.
Studi linguistik mikro ini sesungguhnya merupakan studi dasar linguistik sebab yang dipelajari adalah struktur internal bahasa itu. Sedangkan linguistik makro, yang menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, lebih banyak membahas faktor luar-bahasanya itu daripada struktur internal bahasa. Karena banyaknya masalah yang terdapat di luar bahasa, maka subdisiplin linguistik makro itu pun menjadi sangat banyak. Dalam berbagai buku teks biasanya kita dapati subdisiplin seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika, filologi, dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolonguistik. Semua subdisiplin itu bisa bersifat teoretis maupun bersifat terapan.
2.2.4 Berdasarkan tujuannya, apakah penyelidikan linguistik itu semata-mata untuk merumuskan teori ataukah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bisa dibedakan adanya linguistik teoretis dan linguistik terapan
Linguistik teoretis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Jadi, kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka. Berbeda dengan linguistik teoretis, maka linguistik terapan berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam masyarakat. Misalnya, penyelidikan linguistik untuk kepentingan pengajaran bahasa, penyusunan buku ajar, penerjemahan buku, penyusunan kamus, pembinaan bahasa nasional, penelitian sejarah, pemahaman terhadap karya sastra, dan juga penyelesaian masalah politik.
2.2.5 Berdasarkan aliran atau teori yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, linguistik transformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional, dan linguistik sistemik
Karena luasnya cabang atau bidang linguistik ini, maka jelas tak akan ada yang bisa menguasai semua cabang atau bidang linguistik itu. Apalagi bagi pemula seperti kita; tetapi anda tidak perlu khawatir, sebab meskipun cabang atau bidang linguistik itu sangat luas, yang dianggap inti dari ilmu linguistik itu hanyalah yang berkenaan dengan struktur internal bahasa, atau cabang-cabang yang termasuk kelompok linguistik mikro di atas. Cabang atau bidang mana pun yang kemudian akan kita geluti secara intensif dan mendalam, mau tidak mau harus mulai dengan cabang-cabang yang termasuk linguistik mikro itu.
2.3 ANALISIS LINGUISTIK
Analisis linguistik dilakukan terhadap bahasa, atau lebih tepat terhadap semua tataran tingkat bahasa, yaitu fonetik, fonemik, morfologi, sintaksis dan semantik.
2.3.1 Struktur, Sistem dan Distribusi
Bapak linguistik modern, Ferdinand de Saussure ( 1857-1913 ) dalam bukunya Course de Linguistique Generale ( terbit pertama kali 1916, terjemahannya dalam bahasa Indonesia terbit 1988 ) membedakan adanya dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Yang dimaksud dengan relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret tertentu; sedangkan relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak dalam susunan satuan kalimat.
Struktur adalah susunan bagian-bagian kalimat atau konstituen kalimat secara linear. Kalau kita ambil lagi contoh kalimat di atas " Dia mengikut ibunya ", maka kalimat itu dapat dianalisis atau disegmentasikan atas bagian-bagian tertentu secara fonemis, secara morfemis, maupun secara sintaksis. Konstituen-konstituen atau bagian-bagian kalimat itu dapat dibandingkan atau diasosiasikan dengan bentuk bahasa yang lain, satu fonem dengan fonem yang lain, satu morfem dengan morfem yang lain, atau satu kata dengan kata yang lain. Hubungan antara bagian-bagian kalimat tertentu dengan kalimat lainnya kita sebut sistem. Jadi, fakta adanya bentuk kata kerja aktif dalam suatu bahasa menyangkut masalah sistem dalam bahasa tersebut.
Struktur dapat dibedakan menurut tataran sistematik bahasanya, yaitu menurut susunan fonetis, menurut susunan alofonis, menurut susunan morfemis, dan menurut susunan sintaksis.
Distribusi, yang merupakan istilah utama dalam analisis bahasa menurut model strukturalis Leonard Bloomfield ( tokoh linguis Amerika dengan bukunya Language, terbit 1933 ), adalah menyangkut masalah dapat tidaknya penggantian suatu konstituen tertentu dalam kalimat tertentu dengan konstituen lainnya. Umpamanya, konstituen dia dalam kalimat di atas " Dia mengikut ibunya " dapat diganti atau disubstitusikan dengan konstituen Ali, anak itu, atau mahasiswa itu. Konstituen mengikut dapat diganti dengan konstituen menyapa, membawa, atau mengunjungi; tetapi konstituen dia tidak dapat diganti dengan konstituen berlari, marah, atau meja itu. Begitu juga konstituen mengikut tidak dapat diganti dengan konstituen orang itu, sering, atau tetapi.
2.3.2 ANALISIS BAWAHAN LANGSUNG
Analisis bawahan langsung, sering disebut juga analisis unsur langsung, atau analisis bawahan terdekat ( Inggrisnya Immediate Constituent Analysis ) adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata, satuan frase, satuan klausa, maupun satuan kalimat.
Misalnya, satuan bahasa yang berupa kata dimakan. Unsur langsungnya adalah di dan makan. Satuan kereta api unsur langsung adalah kereta dan api.
Meskipun teknik analisis bawahan langsung ini banyak kelemahannya, tetapi analisis ini cukup memberi manfaat dalam memahami satuan-satuan bahasa, bermanfaat dalam menghindari keambiguan karena satuan-satuan bahasa yang terikat pada konteks wacananya dapat dipahami dengan analisis tersebut.