Feminisme sendiri bertujuan untuk membebaskan perempuan dari ekspektasi atau tekanan sosial, termasuk standar kecantikan. Akan tetapi, di masyarakat yang masih patriarkis, perempuan sering kali dinilai berdasarkan penampilan fisiknya. Hal ini menjadi masalah karena tuntutan untuk selalu tampil menarik dapat membatasi perempuan dalam mengejar hal-hal lain, seperti pendidikan dan karir. Pada akhirnya, tekanan ini berpotensi menghambat perempuan untuk meraih potensi penuh dalam berbagai bidang kehidupan.
Dari permasalahan tersebut, perlu menerapkan beberapa hal untuk menghadapi standar sosial terkait citra diri di era tren produk kecantikan yang marak ini, berikut hal bisa dilakukan agar lebih bijak dalam menyikapinya:
- Praktikkan Self-Love dan Self-Acceptance
Hal dasar yang paling penting adalah mencintai diri sendiri dan menerima kekurangan yang ada. Perempuan perlu memahami bahwa cantik itu relatif dan tidak hanya terbatas pada standar yang ditetapkan media atau masyarakat. Mencintai diri sendiri dapat membantu perempuan merasa lebih nyaman dengan diri mereka tanpa harus mengikuti standar kecantikan yang ada. - Edukasi Diri Tentang Feminisme dan Hak-Hak Perempuan
Memahami esensi feminisme dapat membantu perempuan untuk menilai keputusan dan preferensi pribadi secara lebih kritis. Feminisme menekankan kebebasan bagi perempuan untuk memilih, termasuk dalam hal perawatan kecantikan. Namun, kebebasan ini sebaiknya tidak dibarengi dengan tekanan sosial yang membuat perempuan terdistraksi. - Pahami Motivasi Diri
Penting untuk memahami alasan di balik penggunaan produk kecantikan. Apakah untuk merasa nyaman dengan diri sendiri atau sekadar memenuhi ekspektasi orang lain? Dengan memiliki motivasi yang benar, perempuan dapat menggunakan produk kecantikan secara bijak tanpa merasa tertekan oleh standar sosial. - Selektif dalam Mengikuti Tren
Tidak semua tren kecantikan harus diikuti atau FOMO. Pilihlah produk yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kulit. Produk kecantikan sebaiknya digunakan untuk memperbaiki kesehatan kulit atau menambah kenyamanan, bukan hanya untuk meniru tren yang sedang populer. - Kurangi Waktu di Media Sosial
Mengonsumsi terlalu banyak konten kecantikan di media sosial juga dapat memengaruhi citra diri. Batasi waktu di media sosial agar tidak terlalu terpengaruh oleh standar kecantikan yang ada di sana. Ini juga membantu perempuan untuk lebih fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam hidup. - Fokus pada Pengembangan Diri
Perempuan memiliki banyak potensi di luar kecantikan fisik. Fokus pada pengembangan diri dalam bidang lain, seperti pendidikan, karir, atau keterampilan, dapat membantu membangun citra diri yang lebih kuat dan lebih beragam. Dengan cara ini, perempuan bisa merasa berdaya tanpa harus terlalu terfokus pada penampilan fisik
Tren produk kecantikan yang semakin marak memiliki dampak besar pada citra diri perempuan, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, produk kecantikan dapat menjadi sarana bagi perempuan untuk merasa percaya diri dan nyaman dengan diri sendiri. Namun, di sisi lain, tuntutan sosial untuk selalu tampil sesuai dengan standar kecantikan ideal dapat menjadi tekanan yang mengganggu kesehatan mental dan menghambat kebebasan perempuan untuk mengekspresikan diri.
Dalam konteks feminisme, tekanan untuk selalu memenuhi standar kecantikan ini bertentangan dengan semangat kebebasan yang seharusnya didorong oleh gerakan feminis. Perempuan perlu memahami bahwa kecantikan bukanlah tolak ukur untuk menilai diri, dan mereka berhak untuk menentukan standar kecantikan mereka sendiri tanpa perlu mengikuti tekanan dari industri atau media.
Dengan memahami diri sendiri, memiliki motivasi yang kuat, serta membatasi pengaruh media sosial, perempuan dapat lebih bijak dalam menghadapi tren produk kecantikan ini. Citra diri yang kuat tidak terbentuk pada penampilan, tetapi juga pada pencapaian, karakter, dan potensi yang dimiliki. Pada akhirnya, perempuan perlu memilih apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri, tanpa harus terikat pada standar kecantikan yang ditetapkan media maupun masyarakat.
Referensi
- Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Industri Kosmetik di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
- Putri, A. (2020). Pengaruh Media Sosial Terhadap Citra Diri Perempuan: Perspektif Feminis. Jakarta: Universitas Indonesia.
- Salsabila, Shafira. (2024). Mitos Citra Diri Perempuan dalam Drama Korea (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Drama Korea Shadow Beauty). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H