Virus Corona atau COVID-19 menyerang sistem pernapasan. Sarana bypass virus itu menghempaskan napas para petugas. "Gagal napas, hasil rontgen toraks paru kanan dan kiri tampak putih merat, lebih parah dari pneumonia. Hasil pemeriksaan laboratorium belum ada. Hari ini mungkin hasil lab baru keluar," demikian sebgaian informasi yang diunggah seorang dokter pada halaman media sosialnya.
Mengerikan sekali. Kecemasan pelan-pelan datang. Parasimpatis aktif. Hal ini merupakan kerja saraf otonom yang mengendalikan arah pesimis, khawatir, cemas dan takut. Rangsangan saraf ini dapat menyebabkan banyak lendir di saluran pernapasan, baik karena flu biasa maupun peradangan organ lain yang dapat memicu radang pada saluran pernapasan. Produksi lendir akan melimpah dan menghalangi saluran pernapasan.
Saluran pernapasan akan kesulitan dalam kinerjanya memindahkan oksigen dan melepaskan karbon dioksida hasil pembuangan tubuh. Oksigen merupakan zat sangat dibutuhkan oleh tubuh. Bila tidak ada oksigen, berarti tubuh dapat dikatakan tidak bernyawa. Maka dari itu, menjaga agar kadar oksigen adalah suatu keharusan yang tidak dapat diabaikan.
Peningkatan aktivitas parasimpatis akibat kecemasan jelas menurunkan seluruh suplai ke seluruh tubuh. Bagi seseorang yang memiliki riwayat penyakit jantung dan darah tinggi, maka akan memperburuk kondisi pada tubuhnya. Adanya riwayat penyakit bawaan banyak ditemukan dalam kasus pasien yang sulit bertahan dalam mengahadapi virus corona.Â
Asupan oksigen ke otak menyebabkan gagal fungsi pada organ vital. Konsentrasi seseorang juga dapat berkurang dan emosi yang sulit untuk dikendalikan. Akibatnya kecemasan semakin memiliki peluang besar untuk datang. Imunitas tubuh akan kewalahan akan hal ini. Akibatnya aktivitas parasimpatis karena rasa cemas berlebih membuat imunitas menurun tajam. Virus akan dengan mudahnya datang dan menginfeksi tubuh.
Semakin hari semakin banyak jumlah orang yang terinfeksi virus corona yang menyebabkan rasa khawatir dan cemas bagi sebagian orang. Kecemasan ini akan berdampak pada aktivitas sehari-hari seseorang. Rasa cemas yang muncul pada masa pandemi ini wajar terjadi. Namun, kecemasan ini juga harus dilawan.
Menurut psikolog anak dan keluarga, kecemasan berdampak pada otak prefrintak cortex yang berfungsi menyusun perencanaan, logika berpikir, rasionalisasi dan pertimbangan konsekuensi, serta mengatasi suatu hal. Cemas dan terlalu memikirkan tentang kabar-kabar virus corona akan membuat kita terjebak dalam kesemasan tersebut dan sulit untuk menemukan solusinya. Ada beberapa tips agar kita mengontrol prefrontal cortex, antara lain:
- Melatih pernapasan, mulai melatih napas dengan cara setiap mengambil nafas lalu menghitung hingga lima hitungan kemudian hembuskan. Ulangi tahapan tersebut hingga nafas menjadi stabil.
- Melatih mindfulness, teknik meditasi melatih diri agar berfokus pada emosi, pikiran dan sensasi yang kita alami. Cara ini dapat dilakukan ketika seseorang berada dalam tingkat kecemasan yang rendah.
- Mengalihkan perhatian, coba untuk mengalihkan perhatian dengan melakukan kegiatan positif.
- Tertawa, perlu diketahui bahwa tertawa dapat mendukung sistem imun yang kuat selain dengan asupan makanan bergizi danmenjaga kesehatan.
- Membatasi mengkonsumsi berita, membaca berita itu perlu tetapi untuk hal seperti ini harus dibatasi. Perbanyak membaca berita positif yang menenangkan juga melakukan hal-hal yang berguna.
- Detoksifikasi ponsel, mulai dengan mengurangi bermain atau memegang ponsel. Alasannya adalah agar diri sendiri dapat menenangkan pikiran juga tubuh walau hanya sejenak.
- Melatih otak, melatih otak yang dimaksud adalah dengan mulai berpikiran kreatif mengenai kegiatan yang bermanfaat. Misalnya seperti melukis, memasak, olahraga, atau bermain permainan tradisional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H