Mohon tunggu...
Shafira Annisa
Shafira Annisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Be urself. They don't have to like you and you don't have to care.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

New Normal dalam Perspektif Mahasiswa

19 Juni 2020   17:30 Diperbarui: 19 Juni 2020   17:30 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah setengah tahun dunia bergelut dengan pandemi COVID-19. Seluruh ilmuwan berlomba-lomba mencari dan membuat vaksin untuk virus yang telah meginfeksi 8 juta jiwa. Tetapi hal tersebut belum juga menunjukkan titik terang hingga saat ini. Di Indonesia sendiri pandemi ini sudah berlangsung sejak bulan Maret 2020. Pemerintah Indonesia sudah mengupayakan banyak cara untuk memutus rantai penyebaran virus ini, salah satunya dengan mengimbau masyarakat agar tetap dirumah dalam aspek belajar, bekerja, berolahraga maupun beribadah. Diberlakukanlah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bagi seluruh wilayah yang masuk dalam kategori zona merah.

Ternyata pemberlakuan PSBB di Indonesia berdampak buruk bagi ekonomi masyarakat maupun negara. Sehingga pemerintah memutuskan untuk kembali membuka berbagai fasilitas umum di berbagai wilayah untuk menjaga stabilitas ekonomi.. Terbukanya kembali fasilitas ini dinilai sebagai kebiasaan baru yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk dapat hidup berdampingan dengan virus. Pembukaan fasilitas umum ini dibagi menjadi berbagai tahap.

Tahap pertama masa transisi New Normal telah dimulai sejak 5 Juni 2020 kemarin ditandai dengan dibukanya rumah ibadah, tempat olahraga, kembali normalnya kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Masyarakat dengan usia di bawah 45 tahun diperbolehkan untuk kembali menjalankan aktivitas. Menurut tim pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita, prinsip utama dari new normal ini adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup bersih dan pola hidup sehat. Masyarakat juga harus tetap menaati protokol kesehatan berstandar WHO seperti, jaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan dan memakai hand sanitizer, memakai masker, jaga jarak aman minimal 1 meter dan jauhi kerumunan.

Banyak pro dan kontra dengan diberlakukannya tahap pertama New Normal ini. Kontra yang ada adalah saat pandemic belum sepenuhnya berakhir dan vaksin belum juga ditemukan, pemberlakuan New Normal di suatu wilayah dapat meningkatkan angka kasus positif. Peningkatan angka ini karena masyarakat kembali melakukan aktifitas seperti pada umumnya dan berkontak langsung dengan orang lain. Apalagi untuk sekarang ini kurva kasus positif di Indonesia belum juga melandai, tetapi sudah dibentuk sebuah tatanan baru masyarakat untuk kembali beraktifitas. Masih banyak masyarakat yang lalai dengan tidak mematuhi protokol kesehatan yang ada, sehingga hal ini dapat menjadi ke khawatiran akan diberlakukannya kembali PSBB di wilayah di Indonesia. Jika suatu hal ada kontra, maka hal tersebut juga  memiliki sisi pro, dalam hal ini banyak orang senang terhadap pemberlakuan new normal karena mereka merasa bahwa dapat bekerja dan mencari nafkah seperti sedia kala lagi. Sisi baiknya memang banyak datang dari aspek ekonomi yang dinilai dapat kembali pulih seperti sebelumnya. Adapun yang menerima baik new normal karena merasa sudah bosan dengan kegiatan saat di rumah saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun