Mohon tunggu...
Sheylia Leka
Sheylia Leka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar Seumur hidup

just because HIS grace i can see how beautiful this world and write down all of that blessings

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yuk Mengenal Speech Delay pada Anak

14 Juni 2021   11:53 Diperbarui: 14 Juni 2021   12:28 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Speech Delay. Sumber : www.genpi.com

Mince yang berusia 2,5 tahun menangis dan berteriak kencang sambil menunjuk penjual balon kepada orang tuanya. Namun karena tidak ingin kerepotan membujuk Mince yang semakin menangis maka orang tuanya langsung memberikan tontonan video anak-anak di gawai. Tampaknya Mince sangat serius dan Ketika dipanggil ia tidak menyahut. Mince sering dikeluhkan oleh pengasuhnya bahwa kosa katanya tidak sebanyak anak lainnya. Kata sederhana seperti “Mama dan Papa” belum pernah diutarakannya namun ia bergumam dan mengikuti lagu-lagu atau kutipan dialog dari video yang ditontonnya. Orang tuanya sibuk dengan urusan masing-masing  dan tertawa gemas melihat tingkah Mince yang fasih mengikuti lagu-lagu yang ditiru dari video yang ditontonnya. Saat layar gawai diambil tangisan menggelegar memecahkan keheningan dan tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya

Apakah cerita di atas tampak familiar dengan kehidupan kita sehari-hari ?. Kita mungkin sama seperti orang dewasa yang ada dalam kehidupan Mince. Tertawa dan bahkan memuji tingkah anak kecil seperti Mince yang hanya bisa mengikuti apa yang ia tonton. Tetapi ketika diajar kata yang baru dan tidak meresponi panggilan kita menjadi ketakutan. Perilaku yang ditampakkan oleh Michelle disebut dengan speech delay. Keterlambatan dalam berbicara atau speech delay  adalah suatu kesulitan dalam mengekspresikan keinginan atau perasaan pada orang lain seperti, tidak mampu dalam berbicara secara jelas, dan kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat anak tersebut berbeda dengan anak lain seusianya (Hartanto, W. S.,2018) Secara lebih lanjut Hurlock (2013) menjelaskan bahwa jika anak memiliki kemampuan berbicara yang berbeda atau tidak sesuai dengan anak sebayanya maka anak tersebut mengalami keterlambatan berbicara. Dalam umur 2,5-3 tahun anak seharusnya memiliki Perbendaharaan 400 kata, menyebutkan nama Misalnya namanya sendiri atau kata papa , frasa 2-3 kata seperti aku mau makan, penggunaan kata ganti misalnya kita mau pulang , hilangnya echolalia atau menirukan perkataan yang sama berulang kali, 75% ucapan anak dimengerti orang lain. Dampak keterlambatan bicara ini beresiko terus memiliki gangguan ini hingga mereka berada di tahap akhir pra sekolah sampai sekolah dasar.

Berkaca dari kasus yang dialami oleh Mince maka penyebab adalah sang anak yang dibiarkan mengakses layar gawai dalam waktu berjam-jam dan minimnya interaksi anak dengan orang tua. Psikiater anak dr. Anggia Hapsari, SpKJ menjabarkan bahwa Tontonan televisi dan video dari gawai hanya bekerja secara satu arah saja. Apabila anak tidak diajak berinteraksi selama menonton maka tidak ada pemahaman pada anak bahwa interaksi sosial merupakan kewajaran. Komunikasi satu arah menjadi sumber tunggal stimulasi komunikasi. Tidak hanya itu saja, rentetan pekerjaan yang menumpuk akhirnya membuat orang tua sulit meluangkan waktu khusus untuk bisa mengajak anak berinteraksi. Stimulus yang minum ini akan semakin diperparah apabila anak diasuh oleh asisten rumah tangga yang merangkap pengasuh membuatnya kewalahan dan semakin minim berinteraksi dengan anak.

Setiap tahap perkembangan anak menjadi hal yang berharga dan akan mempengaruhi kemampuan anak dalam jangka waktu panjang. Kepercayaan untuk menjadi orang tua tidak hanya berhenti di pemenuhan kebutuhan ekonomi saja. Namun, sangat penting juga orang tua memberikan waktu khusus untuk mengajak anak berinteraksi. Ajaklah anak untuk menirukan kata-kata sederhana dan menunjuk lingkungan sekitarnya bisa menjadi cara sederhana. Anak yang sudah mengalami keterlambatan bicara perlu usaha yang konsisten untuk bisa mengembangkan kemampuan bicaranya. Waktu menatap layar gawai bisa diganti dengan aktivitas mendongeng, bernyanyi lagu anak-anak yang sederhana dan aktivitas sederhana lainnya. Orang tua juga bisa membawa anak ke psikolog atau psikiater agar dapat diberikan diagnosa penyebab yang mendalam serta terapi wicara yang tepat bagi kebutuhan anak. Dengan demikian, anak bisa perlahan-lahan belajar mengungkapkan kata sederhana sampai kompleks sesuai dengan tahap perkembangannya.

Sumber :

BP PAUD dan DIKMAS D.I. Yogyakarta, T. (2020, January 08). Penyebab speech delay atau keterlambatan bicara pada anak. Retrieved March 08, 2021, from https://pauddikmasdiy.kemdikbud.go.id/artikel/penyebab-speech-delay-atau-keterlambatan-bicara-pada-anak/

Hartanto, W. S. (2018). Deteksi keterlambatan bicara dan BAHASA pada anak. Retrieved March 8, 2021, from http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/648/418 

Khoiriyah, K., Ahmad, A., & Fitriani, D. (2016). Model pengembangan kecakapan berbahasa anak yang terlambat berbicara (speech delay) (Doctoral dissertation, Syiah Kuala University)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun