Dua Belas Juni dua ribu empat belas, hari dimana ku mengijakkan kaki di Kota Bandung untuk pertama kalinya setelah menempuh perjalan dari Makassar selama dua jam lamanya. Pondok Intan, itulah Kosku yang saya temukan di Berniaga.com yang beralamat di jalan Cijaura Girang. Seharusnya aku bicara tentang pemandangan alam kota Bandung betapa Sang Pencipta Menciptakan sebuah Maha Karya yang begitu sempurna… Tapi sejenak kusimpan dulu itu semua. Aku malah lebih ingin bercerita tentang sebuah makanan yang membuat aku jatuh cinta apalagi kalau bukan "Kupat Tahu".
Mang Erik dialah Kreator dari semua ini, dialah yang membuat cintaku bercabang antara pacarku dan dia si "Kupat Tahu". Perawakannya kurus kecil. Kadang ia tenggelam diantara tubuh tinggi parah pelangganya . Kulitnya seakan tak ada tenaga lagi untuk mendorong gerobaknya, Topi, celana panjang, dan baju pendek kumal miliknya tidak dapat menyembunyikan warna kulit hitam kecoklatan yang nampak seperti Ulin. Penglihatannya rabun. Ia tidak punya kacamata, mungkin dia tidak punya uang membeli kacamata. Tetapi semua orang tahu, ia pedagang kupat tahu tangguh yang telah berjualan selama puluhan tahun di Cijaura Girang.
Sejujurnya inilah pertama kalinya saya memakan "Kupat Tahu" karena di Makassar saya tidak pernah menemukan makanan seperti ini,  namun hati ini merasakan sesuatu yang begitu luar biasa. inikah yang di bilang cinta pada pandangan pertama (tanyaku dalam hati), Namun ku tepis semua itu karena saya tidak jatuh cinta saat memandangnya tuk pertama kali, di pandangpun tidak enak. saya malah berfikiran ini makanan sama sekali tidak ada enaknya. Tapi betul kata pepatah bugis "Aja Muitai seliweng Na".
Dan Kini kuakui aku benar-benar Jatuh cinta bahkan mengalakan rasa cinta ku terhadap pacarku, bagai mana tidak sehari tanpa makan Kupat tahu buatan Mang Erik saya si landah ketakutan bahkan saya "GALAU", dan ketika Pacarku sehari tak memberikan kabar bagi saya itu biasa saja. Ini semua Karena dia "Kupat Tahu" bayangkan saja, manis, gurih dan sedikit ada rasa asam dari kuah gulanya, berpadu dengan pedas cabe rawit. Lembut tahu dan ketupat yang dipadu bakwan, kemudian toge serta irisan kol yang masih terasa renyah, dikunyahnya nikmat sekali. Taburan bawang goreng makin membuat ketupat ini punya sensasi rasa lokal.Kriuk-kriuk dari kerupuk jingga semakin menegaskan bahwa ini memang menu kita, asli nusantara.
Ada yang mau coba ? Aku Jamin Anda akan ketagihan, aku sering tiba-tiba ingin makan kupat tahu. sampai-sampai pembantu depan kosku sempat bilang kayak orang Ngidam,,hahaha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H