Mohon tunggu...
Sheva Putra Kamaluddin
Sheva Putra Kamaluddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Uin Walisongo Semarang

Hobi Traveling

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sejarah Bhineka Tunggal Ika

21 September 2024   21:48 Diperbarui: 21 September 2024   22:02 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

   

Bhinneka Tunggal Ika memiliki peran penting bagi bangsa Indonesia karena berfungsi sebagai alat pemersatu bagi masyarakatnya yang beragam dan juga merupakan dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan. Karena bangsa Indonesia membutuhkan sarana untuk mempersatukan keberagaman yang ada, tanpanya kemungkinan akan terjadi konflik karena keberagaman yang ada . Masyarakat Indonesia yang plural dan beragam dapat digambarkan sebagai lukisan mozaik di mana kesamaan dan perbedaan bagian-bagiannya ditopang oleh keanekaragaman yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia terdiri dari keanekaragaman ras dari komunitas pendukungnya. Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" mendukung gagasan negara multikultural Indonesia. Konsep yang memungkinkan segala sesuatu yang berbeda di Indonesia diakui keberadaannya. Pluralisme berkembang di Indonesia berkat Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika membuat semua yang ada merasa setara dan berkontribusi pada Indonesia.

    Pada abad keempat belas, Mpu Tantular menulis tentang Bhinneka Tunggal Ika dalam kitab Sutasoma di Kerajaan Majapahit. Dalam kitabnya, Mpu Tantular menulis, "Rwaneka dhatu winuwus Budha Wiswa, Bhinekha rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalangan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharmamangrwa", yang berarti bahwa meskipun agama Budha dan Siwa adalah agama yang berbeda, nilai-nilai kebenaran mereka sama. Terbagi, tetapi satu, yang berarti tidak ada dharma yang mendua. Toleransi beragama sangat penting pada masa itu untuk membangun Kerajaan Majapahit, terutama ketika mencapai puncaknya di bawah Perdana Menteri Gajah Mada. Perumusan Bhinneka Tungga Ika oleh Mpu Tantular berasal dari upaya untuk mengatasi perbedaan agama dan kepercayaan di awal Kerajaan Majapahit. Konsep persatuan dan keseimbangan dua agama pada masa itu menekankan pentingnya harmoni dan hubungan antara kedua agama tersebut.

Pada awal abad ketiga, ungkapan Bhinneka Tunggal Ika didengar sebagai puisi yang menggambarkan wawasan filosofis dan religiusitas yang menyampaikan waktu yang dihormati untuk etos antar budaya dan agama. Itu tidak sama dengan unversilisme dan pluralisme. Bhinneka Tunggal Ika mencerminkan keduanya dan perspektif dunia, di mana dharma (kebenaran) adalah satu aspek dan dua aspek . Kemudian, itu mengajarkan toleransi antar agama, yang menghasilkan perdamaian antara agama Hindu dan Budha, seperti yang diusulkan oleh Mpu Tantular. Oleh Karena itu, pendiri negara Indonesia juga terinspirasi untuk membuat semboyan mereka sendiri. Melalui proses pemilihan yang panjang, Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan sebagai semboyan negara Republik Indonesia.Sekitar dua setengah bulan sebelum proklamasi, semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai dibicarakan di sidang BPUPKI oleh Muh. Yamin, Ir. Soekarno, dan I Gusti Bagus Sugriwa. Muhammad Yamin kemudian mengusulkan kepada Ir. Soekarno untuk menjadikan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.
 

   Lambang Garuda Pancasila, yang merupakan lambang negara Indonesia, dilukiskan di bawah semboyan tersebut. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 Tentang Lambang Negara menetapkan lambang negara Indonesia, yang terdiri dari "Bhinneka Tunggal Ika", sebagai semboyan resmi Republik Indonesia. Pada tahun 2012, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan jelas menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah salah satu dari empat Pilar Kebangsaan (atau Pilar Nasional)."Bhinneka Tunggal Ika" menjadi semboyan bangsa Indonesia setelah awalnya menunjukkan toleransi keagamaan. Sebagai semboyan bangsa, masalahnya lebih dari toleransi beragama; itu mencakup masalah yang lebih luas yang berkaitan dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).

   Sebagai lambang negara, Bhinneka Tunggal Ika berusaha untuk menyatukan orang-orang dari berbagai budaya. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan keberagaman dan kekhasan sebagai realitas masyarakat dan lingkungan serta tujuan membangun bangsa. Ke-tunggal-ika-an adalah cita-cita kebangsaan, sedangkan ke-bhinneka-an adalah realitas sosial. Indonesia, sebuah negara yang merdeka dan berdaulat, adalah wahana yang dimaksudkan sebagai "jembatan emas" untuk membangun ikatan yang merangkul keberagaman dalam sebuah bangsa. Hal ini didasarkan pada ideologi Pancasila, atau lima prinsip, yang menyatakan bahwa keragaman ras, agama, dan suku adalah kekayaan atau aset bangsa Indonesia.

   Kebersamaan dan penyatuan etnis melalui Bhinneka Tunggal Ika akan mendorong bangsa Indonesia untuk mempertahankan persatuan meskipun ada perbedaan.Bhinneka Tunggal Ika adalah konsep yang lebih dari hanya menerima perbedaan agama. Itu juga mencakup toleransi perbedaan fisik, budaya, bahasa, sosial politik, ideologis, dan psikologis, menurut Lalonde (1994 dalam Farisi, 2014). Ini menunjukkan kemajuan menuju kesatuan yang lebih kompleks, yang didasarkan pada kesadaran bahwa perbedaan membuat interaksi antara manusia lebih baik. Baihaki (2017) menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara Indonesia yang bertujuan untuk menyatukan semua perbedaan di masyarakat, seperti menyatukan visi dan misi menjadi keluarga yang melindungi, memelihara, menghormati, dan menghargai satu sama lain. karena tujuan utama semua masyarakat Indonesia adalah bersatu.

   Bhinneka Tunggal Ika bermakna bahwa suatu bangsa yang beragam menerima dan mempertahankan kemerdekaannya. Bhinneka Tunggal Ika kemudian diharapkan membuat kehidupan masyarakat Inndonesia lebih teratur dan menganggap perbedaan yang ada sebagai bagian dari keberagaman. Bukan alasan untuk berselisih; sebaliknya, perbedaan dapat mendorong ke arah kerja sama dan kesatuan. Ini sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang dianggap sebagai semboyan bangsa Indonesia yang memiliki makna yang sesuai dengan keragaman Indonesia dan memiliki nilai-nilai yang dianggap dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai seperti toleransi, kesatuan, dan persatuan, antara lain, Oleh karena itu, Bhinneka Tunggal Ika adalah ekspresi jiwa dan semangat orang Indonesia yang menerima perbedaan tetapi tetap mempertahankan kesatuan.

   Dalam konteks ini, konsep Bhinneka Tunggal Ika merupakan kesadaran kolektif tentang kemajemukan dan kebersamaan daripada sekadar prinsip ideologis. Kebangsaan bukan hanya persamaan tempat tinggal dan suku. Jauh melampaui itu, kebangsaan adalah tentang bagaimana setiap warganya diikat oleh perasaan dan keinginan yang sama untuk berkembang di tengah-tengah keanekaragaman. Kebangsaan yang didirikan oleh Soekarno menekankan konsep kesatuan dan kebhinekaan di tengah keanekaragaman budaya bangsa. Ketika bencana tsunami melanda Aceh, fakta ini mulai terlihat. Pada saat itu, setiap warga negara terdorong untuk berpartisipasi dalam bantuan dengan berbagai cara. Setiap warga seolah-olah diikat oleh perasaan yang sama bahwa mereka yang menderita juga adalah warga negara. Semua orang merasa memiliki kesempatan untuk membantu dengan cara mereka sendiri tanpa memperhatikan aspek SARA. Ini adalah gambaran nyata dari Bhinneka Tunggal Ika di negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun