Di jaman yang serba cepat ini, informasi menjadi salah satu hal yang penting. Melalui informasi, akhirnya masyarakat dapat mengambil sebuah tindakan. Namun untuk beberapa orang dengan aktivitas yang sangat padat, akan sangat sulit untuk mendapatkan sebuah informasi. Untungnya, teknologi yang semakin canggih telah menjawab keresahan atas mereka dengan aktivitas yang padat tersebut. Kemudian muncul banyak media online untuk memberikan informasi secara cepat dan dapat diakses kapan dan dimana saja. Hanya dengan sekali klik, pengguna sudah bisa mengakses beberapa berita dan informasi di dalamnya. Di sini, kembali lagi diingatkan mengenai jurnalisme online.
Informasi tidak hanya didapat dari media massa seperti, koran, televisi ataupun radio. Kemajuan teknologi tersebut juga memunculkan media sosial yang digandrungi oleh banyak orang. Media sosial yang terkesan lebih fun, dan kedekatannya dengan tiap-tiap pengguna menjadi alasan utama masyarakat lebih banyak mengakses media sosial. Ada beberapa ciri dari media sosial, seperti : interaktivitas, komunitas, fun, keterkaitan, saling berbagi dan media untuk berpartisipasi.
Jurnalisme dan media sosial jelas berbeda. Jurnalisme secara singkat dijelaskan sebagai proses news gathering, news producing dan editing. Proses tersebut dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dan tahu mengenai jurnalisme. Di dalam jurnalisme juga mengedepankan verifikasi data dan kelengkapan 5W+1H di setiap pemberitaannya. selain itu ada gatekeeper, atau mereka yang bertugas untuk menyaring setiap berita dan informasi yang sudah diliput oleh jurnalis.Â
Sehingga, berita yang diberikan bukan berita omong kosong dan sudah melalui beberapa proses hingga akhirnya berita tersebut layak untuk diberitakan. Mengingat bahwa media massa adalah sumber informasi bagi masyarakat. Berita yang dibagikan ke masyarakat haruslah benar agar tidak terjadi informasi yang berbeda.Â
Media sosial disebut juga participatory journalism, maksudnya ialah peran melakukan informasi yang dilakukan oleh mereka yang bukan bekerja sebagai seorang jurnalis. Jadi, bagi mereka yang tergabung di dalam suatu media sosial, contohnya saja twitter, dapat berbagi informasi kepada followersnya. Orang tersebut sudah memilihkan berita untuk dibagikan kepada orang lain. Media sosial tidak mengenal adanya gatekeeper seperti jurnalisme sehingga informasi yang diberikan bebas.Â
Media sosial juga tidak melakukan proses verifikasi. Berita dan informasi yang diberikan melalui media sosial tidak sepenuhnya benar. Seperti contoh, ketika ada seseorang yang me-tweet mengenai harga BBM naik di seluruh Indonesia menjadi Rp 10.000. Belum tentu informasi tersebut benar adanya. Hal itu menjadi benar dan layak diberitakan ketika sudah ada sebuah berita di media massa dan ada proses verifikasi di dalam prosesnya.
Media sosial tidak sepenuhnya salah. Akan lebih baik jika media sosial digunakan untuk membagikan berita yang didapat melalui media online. Ketika media sosial membagikan beritanya melalui media sosial, maka masyarakat akan lebih cepat mengakses dan mengetahui berita tersebut, karena peran media sosial yang sangat dekat dengan masyarakat.
 Seperti contohnya, saya yang memang lebih sering mendapatkan informasi melalui media sosial ketimbang media online, karena saya lebih sering mengakses media sosial, seperti facebook dan twitter. Tidak hanya informasi mengenai kabar teman-teman saja yang saya dapat melalui media sosial, tetapi juga berita yang dibagikan melalui akun media sosial. Kecenderungan masyarakat yang lebih menggunakan media sosial ini kemudian digunakan oleh pihak media online untuk membagikan beritanya. Mereka kemudian membuat akun media sosial, dan disana mereka akan membagi berita. Pengguna media sosial yang mengikuti akun mereka, akan secara langsung mendapatkan berita tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H