Mohon tunggu...
Rara Shertina
Rara Shertina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

30 Days Sheet Mask Challenge Berujung Pencemaran Lingkungan

27 Februari 2019   23:06 Diperbarui: 27 Februari 2019   23:56 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini trend 30 days sheet mask challenge telah digandrungi para wanita. Terlebih lagi trend-trend ini dibawa oleh beberapa influencer dalam negeri salah satunya seperti @titantyra.

Di luar negeri beberapa influencer yang fokusnya bukan sebagai beauty vlogger pun ikut mencoba sheet mask challenge dengan jangka waktu yang berbeda-beda seperti 7 days sheet mask challenge atau bahkan everyday sheetmask challenge seperti yang dilakukan youtuber korea Liah Yoo.

Sheet mask yang digunakan setiap harinya tidak harus sama melainkan bisa berbeda varian atau merk mulai dari varian untuk whitening, rejuvenating, smoothing dll. Merek yang digunakan juga beragam mulai dari brand kosmetik korea selatan, tiongkok sampai brand-brand barat.

Sheet mask adalah masker wajah yang berbentuk lembaran seperti tisu yang bentuknya mengikuti wajah kita. Lembaran ini mengandung serum dengan manfaat yang berbeda-beda. Sheet mask digunakan dengan cara langsung ditempel di wajah kemudian didiamkan 10-15 menit kemudian dibuang.

Sheetmask digunakan satu kali pakai setelah itu dibuang. Sisa serum yang ada biasanya dipijat agar dapat meresap kedalam kulit. Kehadiran sheet mask ini memberikan kemudahan bagi para peminatnya karena merupakan perawatan wajah yang mudah dan cepat.

Banyak sekali blog yang menulis review mengenai hasil dari 30 days sheet mask challenge ini. Sebagian besar merasa skin care routine ini mampu memperbaiki masalah-masalah kulit. Semakin meningkatnya minat pada sheet mask challenge meningkatkan kepedulian beberapa orang terhadap sampah yang akan dihasilkan. Beberapa merek sheet mask berusaha mengklaim bahwa sheet masknya terbuat dari serat yang ramah lingkungan sehingga mudah terurai.

Bagaimana dengan brand lain? Apakah bahan sheet mask nya benar-benar ramah lingkungan ? pada kenyataanya tidak semua sampah sheet mask mudah diurai oleh tanah.

Hal yang lebih memprihatinkan adalah kenyataan bahwa bungkus dari semua sheet mask terbuat dari plastik. Tekstur sheetmask yang selalu basah tidak memungkinkan kemasan ramah lingkungan seperti kertas untuk membungkusnya.        

Dapat kita bayangkan berapa sampah plastik yang akan dihasilkan dari 30 days sheet mask challenge ini. Apalagi jika setiap wanita ingin berkomitmen melakukan everyday sheet mask challenge.

Bungkus plastik ini akan menjadi sampah yang menumpuk dan mencemari lingkungan. Sampah plastik dari sheet mask ini juga akan menyumbang pencemaran yang terjadi di laut. Maka dari itu melakukan challenge ini harus melibatkan pertimbangan pencemaran lingkungan di dalamnya.

Ada beberapa alternatif masker yang berbahan dasar organik dengan bungkus yang ramah lingkungan sebagai alternatifnya. Penggunaan sheet mask akan jauh lebih baik jika tidak dilakukan berlebihan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun