Mohon tunggu...
Sherryra CandyniAmajida
Sherryra CandyniAmajida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Penerima Beasiswa Prestasi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta Program Studi Usaha Perjalanan Wisata 2020

Mahasiswa Penerima Beasiswa Prestasi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta Program Studi Usaha Perjalanan Wisata 2020

Selanjutnya

Tutup

Trip

Jejak Peninggalan Kerajaan Singasari

27 Desember 2020   23:01 Diperbarui: 27 Desember 2020   23:56 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bhatara Anusapati, Raja kedua kerajaan Tumapel yang dikenal dengan Kerajaan Singasari, Anusapati merupakan putra dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes. seiring pertumbuhan dan berjalan nya waktu, Anusapati mengetahui bahwa ia bukanlah anak dari Ken Arok, ia tahu bahwa Ken Arok lah yang telah membunuh ayahnya Tunggul Ametung.

Anusapati bahkan berhasil mendapatkan keris buatan Mpu Ganding yang dulu digunakan Ken Arok untuk membunuh ayahnya. Tak lama setelah itu Bhatara Anusapati naik tahta dan memimpin kerajaan Singasari.

Tahun 1249M Anusapati wafat dibunuh oleh Tohjaya dengan menggunakan keris yang sama, Tohjaya merupakan anak kandung dari Ken Arok. Tohjaya membayarkan dendam nya dan naik tahta menggantikan Anusapati. Namun itu tidak berlangsung lama hingga akhirnya tewas akibat pemberontakan Ranggawuni putra Anusapati.

Tepat pada 1248M dibangunlah sebuah candi bernama Candi Kidal. Berlokasi di lembah gunung Bromo, tepatnya di Desa Rejokidal Kecamatan Tumpang. Candi Kidal ini dibangun bertepatan dengan berakhirnya rangkaian upacara pemakaman "Cradha" untuk menghormati Raja Anusapati yang telah meninggal dan penghormatan atas jasa besar nya selama memimpin Kerajaan Singasari.

Nama Candi Kidal diambil dari nama Desa ia berada. Candi Kidal menganut ajaran agama Hindu, Candi Kidal memiliki keistimewaan yaitu kepala Kala yang dipahat tepat di atas pintu masuk dan bilik-bilik candi.

Kala adalah salah satu ciri Dewa Siwa, biasa dikenal sebagai penjaga bangunan suci. Kepala kala pada Candi Kidal terlihat cukup menyeramkan dengan mata melotot, mulut terbuka dengan dua taringnya yang besar dan bengkok memberi kesan mistis. Taring tersebut adalah ciri khas dari Candi corak Jawa Timur.

Berbeda dengan Candi Jawa Tengah, Candi yang ada di Jawa Timur hanya memiliki fungsi sebagai "dharma" atau kuburan raja, sedangkan Candi di Jawa Tengah berfungsi untuk memuliakan agama yang dianut. Candi juga berfungsi sebagai tempat ruwatan raja yang telah meninggal supaya dapat kembali suci dan menitis kembali menjadi dewa.

Banyak sekali sejarah dan budaya Indonesia yang patut untuk kita lestarikan, Mari bersama-sama kita jaga Harta Karun Nusantara!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun