Di desa kecil yang terletak di Jawa Tengah, masyarakatnya telah menjalani tradisi kuno yang disebut Baritan ( tradisi untuk menolak bala). Baritan dilakukan setiap setahun sekali pada bulan Suro. Bulan Suro adalah bulan pertama dalam penanggalan Jawa dan dianggap sebagai bulan yang penuh makna spiritual bagi penduduk desa tersebut.
Setiap bulan Suro, seluruh masyarakat desa berkumpul di perempatan yang terletak pada sudut desa, satu persatu masyarakat berdatangan, salah satu  warga bernama Sriyah sudah menyiapkan 7 piring bubur beserta ketupat lepet yang diyakini sebagai syarat berjalannya Baritan, warga yang lain juga datang ke tempat dengan membawa kerupuk, masing-masing warga duduk melingkar atau berhadap-hadapan dan ditengahnya terdapat makanan yang sudah mereka bawa.Â
Selesai sholat Ashar, Baritan dimulai dengan doa-doa yang dipimpin oleh sesepuh desa membuat suasana damai di antara penduduk desa. Setelah upacara selesai, makanan yang tadi sudah dibawa dimakan bersama-sama sambil satu sama lain warga saling bercengkrama, apabila makanan tadi tidak habis biasanya anak-anak berebut untuk membungkusnya.
Tradisi baritan  memberikan pesan agar warga masyarakat selalu menjaga kerukunan serta kekompakan sekaligus meningkatkan rasa kepedulian terhadap tradisi dan budaya yang sudah diturunkan oleh nenek moyang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H