Mohon tunggu...
Sherly Meilindasari
Sherly Meilindasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Life and life sampai keinginanmu mendapatkan Kim Mingyu tercapai.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Keramba di Sungai Kampar, antara Keuntungan dan Kerusakan Alam

28 November 2024   03:55 Diperbarui: 28 November 2024   07:38 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahan basah sangat banyak dijumpai, Riau khususnya di kabupaten Kampar menyediakan lahan basah yang memiliki berbagai manfaat sehingga banyak digunakan oleh masyarakat untuk kehidupan sehari-hari. Menurut Mokodompit et al (2019) Lahan basah adalah istilah kolektif tentang ekosistem yang pembentukannya dikuasai air, dan proses serta cirinya terutama dikendalikan air, suatu lahan basah ialah suatu tempat yang cukup basah selama waktu yang cukup panjang bagi pengembangan vegetasi dan organisme lain yang teradaptasi khusus. Lahan basah merupakan wilayah yang tidak selalu tergenangi oleh air yang bersifat musiman dengan kondisi tanah yang jenuh dengan air. Salah satu contoh lahan basah ialah sungai, sungai memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang kehidupan terutama masyarakat yang tinggal disekitar wilayah sungai. Sungai Kampar yang mengalir dari hulu dikawasan Bukit Barisan dan bermuara di Pesisir Riau tepatnya di kabupaten pelelawan menjadi salah satu lahan basah sungai yang terdapat di Provinsi Riau.

Sungai Kampar mengalir disepanjang wilayah kabupaten Kampar termasuk di Teratak Buluh, Kecamatan Siak Hulu. Daerah ini terletak di tepi sungai Kampar sebelah kanan yang berupa dataran rendah di sepanjang aliran sungai Kampar, tanah di wilayah ini adalah tanah rawa dengan kondisi yang sering dilanda banjir. Walaupun sering dilanda banjir, masyarakat sekitar memanfaatkan sungai untuk berbagai kegiatan. Sungai Kampar menjadi sumber kehidupan bagi ekosistem yang terdapat berbagai jenis ikan yang melimpah seperti ikan baung, patin, pantau, selais, bocek, motan, tapah dan banyak jenis ikan lainnya. Dengan itu, kelimpahan ikan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi dan dibudidayakan dengan membangun keramba di tepi Sungai.

Keramba adalah tempat budidaya ikan yang terletak dipinggir sungai yang terbuat dari kayu atau bambu yang sebagiannya berada di dalam air sehingga air dapat tetap bisa masuk dan keluar dibantu dengan pelampung untuk mengapung yang biasanya terbuat dari drum plastic. Meskipun keramba memiliki manfaat dalam perekonomian namun pengunaan keramba yang berlebihan dan tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan ekosistem lahan basah. Kerusakan ekosistem lahan basah akibat adanya keramba dapat menyebakan penurunan kualitas air sungai dan penurunan keanekargaman hayati yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu penyebab kerusakan ekosistem lahan basah akibat keramba adalah limbah pangan ikan yang dapat mencemari sungai.

Pemberian pakan ikan dengan menggunakan roti yang telah expired atau yang telah basi serta usus ayam dapat mencemari sungai dan menyebabkan kerusakan pada lahan basah. Sisa-sisa pakan akan terurai dan meningkatkan kadar fosfat dan nitrat di air dan dapat menyebabkan eutrifikasi yang dapat menggangu keseimbangan ekosistem perairan. Air sungai dapat mengeruh akibat pangan yang diberikan yang menghasilkan kondisi kekurangan oksigen sehingga dapat mematikan ikan yang hidup bebas disungai dan mematikan makhluk hidup yang berhabitat di perairan.

Pemerintah Indonesia melalui peraturan seperti Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 56/PERMEN-KP/2016 tentang Pengelolaan Usaha Budidaya Ikan mengatur penggunaan keramba jaring apung untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam Pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa setiap usaha budidaya ikan harus memenuhi standar lingkungan yang ketat, termasuk pengelolaan limbah dan pencegahan pencemaran. Selain itu, Pasal 12 mengharuskan pemilik keramba untuk mengelola pakan secara efisien dan menghindari penggunaan bahan yang dapat merusak kualitas air. Peraturan ini bertujuan untuk memastikan bahwa budidaya ikan yang dilakukan di perairan, termasuk di Sungai Kampar, tidak merusak ekosistem lahan basah dan kualitas lingkungan sekitar.

Selain itu, sisa roti basi dan usus ayam menjadi media yang ideal bagi pertumbuhan bakteri seperti Escherichia coli atau Clostridium. Kemunculan bakteri ini dapat mempengaruhi kualitas air dan dapat menular ke ikan dan dapat menyebakan penyakit, masyarakat yang mengonsumsi ikan yang telah terjangkit oleh bakteri dapat terserang penyakit yang dapat membahayakan bagi Kesehatan. Kerusakan pada kualitas air dan habitat akibat pencemaran membuat organisme yang hidup di sungai akan mati dan dapat mengganggu serta merusak rantai makanan dan biodiversitas.

Akibatnya, masyarakat juga dapat merasakan akibat dari kerusakan yang disebabkan oleh produksi keramba yang berlebihan dan tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengelolaan pada ekosistem di wilayah ini yaitu dengan cara sebagai berikut:

  • Penggunaan pakan yang ramah lingkungan
  • Mengendalikan nutrien dengan menambah vegetasi alami
  • Membuat zonasi pada penempatan keramba
  • Memberikan edukasi atau penyuluhan kepada masyarakat dan memonitoring sungai untuk mencegah pencemaran.

Perlakuan restorasi di wilayah yang sudah terdampak dari kerusakan ini dapat dilakukan dengan cara pembersihan dan pengurangan sedimen nutrien akibat sisa pakan yang terurai yang dapat menyebabkan penumpukan alga sehingga menggangu aktivitas dan proses fotosintesis bagi vegetasi yang berada di sungai. Penambahan vegetasi alami dapat menyerap nutrien pada air dan membantu mengurangi erosi. Dampak yang dirasakan dari kerusakan ekosistem lahan basah dapat mengganggu kehidupan ikan, masyarakat dan mahkluk hidup lainnya, oleh sebab itu, marilah tetap menjaga ekosistem lahan basah dan menerapkan pengelolaan budidaya yang berkelanjutan dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan melestarikan biodiversitas yang sangat berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun