Mohon tunggu...
sherly devlianty
sherly devlianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mengambar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menarik! Wisata Edukasi Kampung Budaya Polowijen

21 Juni 2023   20:15 Diperbarui: 21 Juni 2023   20:18 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liputan di polowijen  : Sherly

     

Indonesia memiliki beragam budaya di setiap daerah. Setiap budaya memiliki keunikan tersendiri setiap daerah nya. Terutama pada daerah Jawa Timur, Malang. Di Kota Malang terdapat cangar budaya  Kampung Budaya Polowijen. Dahulu kala Polowijen bernama Panawijen yang merupakna  tempat daerah asal Ken Dedes. Kampung budaya ini berdiri pada tahun 2017 tepatnya pada tanggal 2 April setelah 1 hari ulang tahun kota Malang. Berdiri nya kampung budaya ini telah di resmikan oleh Wali Kota Malang. Kampung Polowijen juga merupakan Kampung Budaya terbaik yang berada di Malang dengan menyelenggarakan acara teraktif. Polowijen menglatar belakangi karena memiliki situs budaya seperti Ken Dedes, Sumur Windu dan Situs Makam Mbah Reni. Kampung Budaya ini telah melestarikan budaya-budaya yang ada di tempat tersebut.

     Kampung Polowijen ini sangat identik dengan topeng dan wayang, terutama topeng-topeng yang sangat unik.  Topeng  ini  di buat dan di ukir sebaik mungkin sesuai dengan karakter yang diciptakan. Topeng Malangan di buat oleh Mbah reni atau Ki Tjondro Suwono yang di kenal sebagai pencipta topeng tersebut. Setiap Topeng memiliki makna-makna yang berbeda. Topeng akan di gunakan ketika terdapat acara tertentu.  Ada juga Temu Topeng. Temu Topeng merupakan acara rutin yang  mengumpulkan semua pengrajin topeng  maupun seniman topeng dalam rangka nyekar di makam Mbah Reni. Biasanya acara ini akan di iringi dengan tari topeng dan berdoa bersama.

Liputan di polowijen  : Sherly
Liputan di polowijen  : Sherly

Topeng-topeng yang di buat memiliki arti warna maupun karakter yang berbeda. Topeng yang paling terkenal baiknya yaitu Panji Asmoro Bangun. Ki Demang sang pengagas yang berada di Kampung Budaya Polowijen mengatakan " Raden Panji ini merupakan salah satu karakter protagonis dan memiliki sifat yang baik pada manusia".Topeng Panji Asmoro Bangun ini memiliki warna hijau. Hijau melambangkan karakter seorang Panji yang jujur, gesit, tabah dan berjiwa perwira. Panji di anggap sebagai nenek moyang zaman dahulu kala nya. Raden Panji  memiliki watak wajah dengan  alis yang tips,hidung yang mancung dan diikuti dengan kumis.

Liputan di polowijen  : Sherly
Liputan di polowijen  : Sherly

Panji Asmoro bangun memiliki seorang istri bernama Dewi Sekartaji. Dewi Sekartaji di ciri khas kan dengan  topeng berwarna putih yang memiliki arti suci. Sifat Dewi Sekartaji telah di gambarkan dalam topeng yang berwatak lembut dan baik hati.  Selain hidung yang mancung, di antara alis Dewi Sekartaji terdapat titik emas yang menjadi khas nya. Salah satu penari di kampung Polowijen menampilkan sebuah tarian protagonis dengan tarian yang lembut dengan menggunakan topeng Dewi Sekartaji. Tari yang di tarikan oleh Sella penari topeng tersebut adalah Tari Grebek Jawa.  Tarian ini memiliki gerakan yang gemulai dan sangat berbanding terbalik dengan gerakan tarian  antagonis yang sangat gesit tarian nya.

Liputan di polowijen  : Balqis Auberta
Liputan di polowijen  : Balqis Auberta

Topeng-topeng ini juga akan di jual di KBP yang merupakan  pasar topeng yang menyediakan cinderamata dan souvenir. Kampung Budaya Polowijen juga memberikan fasilitas yang lengkap untuk para pengunjung yang datang.  Berdasarkan info dari Ki Demang, para pengunjung bisa datang secara gratis di setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Bahkan para pengunjung juga bisa belajar mengukir topeng malangan di Kampung Polowijen. Polowijen juga merupakan tempat wisata edukasi, yang dulunya seperti kampung yang kurang layak di huni. Ki Demang mengatakan "Kampung dengan ciri khas Topeng ini telah di kunjungi sebanyak 40 Negara untuk studi banding". Cangar budaya ini telah meresmikan 100 orang penari topeng dan 60 pembatik.

     Seperti yang di katakan Ki Demang, mereka memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan Cangar budaya ini. Dengan begitu topeng-topeng malangan yang menjadi ciri khas Kampung budaya Polowijen ini akan tetap di lestarikan dan banyak orang yang akan mendapatkan edukasi dari Kampung Budaya ini.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun