Mohon tunggu...
Sherly Adelia
Sherly Adelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bengkulu

Mahasiswi UNIB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pedasnya Kenaikan: Harga Beras dan Cabai Membebani Ransel Ekonomi Masyarakat

30 November 2023   22:52 Diperbarui: 30 November 2023   23:22 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kenaikan harga beras dan cabai yang meningkat tinggi membuat masyarakat semakin panas dan juga berdampak buruk pada masyarakat menengah ke bawah. Kedua bahan pangan ini merupakan bahan makanan pokok di Indonesia, sehingga kenaikan harganya dapat menyebabkan beban ekonomi yang berat bagi masyarakat.

Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras kelas premium sempat tembus di Rp 14.990 per kilogram (kg) pada Sabtu (4/11/2023), kemarin. Namun, per Minggu (5/11/2023) pagi, baru sebagian provinsi yang meng- update harga tersebut.

Harga beras mahal masih banyak ditemui di daerah Indonesia. Tak cuma itu, berbagai jenis cabai juga mengalami kenaikan. Harga beras hari ini dan cabai ini menjadi komoditas pangan yang selalu dipantau masyarakat. Salah satu daerah Indonesia yang masyarakatnya masih merasakan harga pangan yang tinggi seperti di Provinsi Bengkulu. 

Pada beberapa hari lalu (sabtu, 26/11/2023) di pemasaran Kota Bengkulu, harga beras masih berkisar Rp 23.000 hingga Rp26.000 per cupak dan cabai merah Rp 80.000 per kilogram-nya. Pedagang pasar di Kota Bengkulu mengatakan akan adanya kenaikan harga secara terus menerus karena produksi bahan pangan tersebut sudah mulai susah akibat perubahan iklim seperti kemarau panjang yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi produksi beras dan cabai, sehingga harga komoditas barang tersebut meningkat.

Kenaikan harga beras dan cabai yang melambung tinggi sejak beberapa waktu lalu memaksa rakyat Indonesia untuk berhemat dan menyesuaikan diri. Mulai sekarang, beras dan cabai akan lebih mahal setiap hari. Namun, tidak semua orang bisa menerima tawar tersebut tanpa komentar. Oleh karena itu, dari sinilah hasrat membuka perkebunan padi dan cabai muncul di tengah rakyat Indonesia. Ada yang merasa tidak mendapat manfaat, ada pula yang ingin menjadi petani. Bahkan ada juga yang menginginkan penghasilan melimpah dari berbagai usaha tanaman beras dan cabainya sendiri. 

Naiknya harga beras dan cabai akibat perubahan iklim, seperti kemarau panjang, bisa mengusung solusi berbasis ketahanan pangan. Diversifikasi tanaman yang tahan cuaca ekstrem, penggunaan teknologi irigasi yang efisien, dan promosi praktik pertanian berkelanjutan dapat menjadi langkah-langkah dalam menyiasati dampak perubahan iklim terhadap produksi. Kolaborasi antarpetani, pemangku kebijakan, dan para ahli perubahan iklim juga diperlukan untuk menciptakan solusi berkelanjutan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun