Mohon tunggu...
Sherly Zafira
Sherly Zafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Drawing and singing are hobbies.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Doctor's Communication Skills and Empathy.

31 Desember 2024   16:42 Diperbarui: 1 Januari 2025   15:07 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dokter merupakan salah satu profesi yang membutuhkan dedikasi tinggi dan waktu panjang. Perjalanan seorang dokter dimulai dari masa pendidikan preklinik atau perkuliahan yang membutuhkan 4 tahun untuk lulus sebagai sarjana Kedokteran. Kemudian, pada tahap koas (co-assistant atau dokter muda), yaitu masa klinik yang ditempuh selama 1,5--2 tahun, para mahasiswa yang baru saja lulus akan menjadi bagian dari tim medis dan mulai berinteraksi secara langsung dengan pasien di rumah sakit. Adapun UKMPPD atau Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Pendidikan Dokter untuk menguji kemampuan calon dokter sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu Internship (masa magang) di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya selama satu tahun yang mana, pada tahap ini, calon dokter akan menerapkan pengetahuan dan keterampilan klinis yang yang sudah dipelajari selama pendidikan. Setelah rangkaian pendidikan dan pelatihan yang kurang lebih berjalan selama 6--7tahun, gelar dokter (dr.) dapat diraih. 

Tidak lepas dari perjalanan panjang tersebut, seorang dokter memiliki peran yang mulia dan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tugas mereka tidak hanya memberikan atau meresepkan berbagai macam obat, tetapi juga memberikan edukasi, penyuluhan, dan dukungan sosial terhadap berbagai masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien. Oleh karena itu, selain harus memiliki pengetahuan medis yang mendalam, seorang dokter juga harus mampu berkomunikasi. Kemampuan komunikasi yang baik, baik secara verbal maupun nonverbal, sangat penting ketika sedang melakukan anamnesis (wawancara medis untuk mengetahui keluhan dan penyebabnya) untuk memastikan pasien memahami diagnosis dan prosedur pengobatan yang berkaitan dengan masalah kesehatannya. Dokter juga perlu memastikan bahwa keseluruhan informasi disampaikan secara detail dan transparan sehingga tidak ada kesalahpahaman yang terjadi. Selain itu, empati menjadi hal yang tidak kalah penting karena seorang dokter perlu memahami keadaan pasien sehingga dapat memberikan perawatan medis dengan memastikan bahwa pasien didengar, dihargai, dan dipahami.  Clinical empathy includes the following components: 1 -- the ability to understand the patients' condition, their feelings (emotions); 2 -- the ability to make a rapport with patients in order to understand their mental state, emotions, and check the accuracy of this understanding; 3 -- the ability to act in a certain therapeutic way (taking into account the understanding of the patient's mental state) (Kolisnyk et al., 2022). Doctors' empathic responses to patients can promote increased patient communication and positive communication behavior can enhance doctors' empathy (Wang et al., 2023). 

Dengan kemampuan komunikasi yang baik dan empati, rasa percaya dapat terbangun antara dokter dan pasien sehingga, dalam pelaksanaan medis, pasien dapat mengajukan pertanyaan dan menjadi lebih terbuka mengenai gejala, kekhawatiran, atau pengalaman-pengalaman mereka tanpa perlu merasa dihakimi. Ketika pasien merasa didengar dan dipahami, mereka akan lebih nyaman untuk berbicara mengenai kondisi mereka. Hal tersebut dapat membantu dokter mendapatkan informasi yang lebih akurat selama sesi anamnesis atau konsultasi  sehingga diagnosis dan perawatan yang sesuai untuk pasien dapat diberikan dan direncanakan oleh dokter. Selain itu, pasien yang menghadapi penyakit serius cenderung mengalami perasaan cemas, takut, tertekan, atau diabaikan. Pada situasi tersebut, dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan dukungan emosional yang dilandasi empati sehingga pasien tidak merasa sendirian ketika sedang berjuang melawan penyakit. Pasien akan merasa memiliki teman yang mana dapat membuat mereka termotivasi serta lebih percaya diri dalam menjalani pengobatan. 

Oleh karena itu, secara keseluruhan, kemampuan komunikasi efektif dan empati seorang dokter merupakan salah satu poin penting yang sangat diperlukan dalam menjalankan serangkaian kegiatan medis bersama pasien sehingga pasien menerima perhatian yang tidak hanya berdasarkan aspek medis, tetapi juga emosional dan psikologis.

Data Pustaka:

Kolisnyk, I. A., Pankevych, A. I., & Hohol, A. M. (2022). COMING INTO BEING AN EMPATHIC DOCTOR: MODERN VIEWS AND CHALLENGES. Ukrainian Dental Almanac, 4. https://doi.org/10.31718/2409-0255.4.2022.12 

Wang, Y., Wang, P., Wu, Q., Wang, Y., Lin, B. J., Long, J., Qing, X., & Wang, P. (2023). Doctors' and Patients' Perceptions of Impacts of Doctors' Communication and Empathy Skills on Doctor--Patient Relationships During COVID-19. Journal of General Internal Medicine, 38(2). https://doi.org/10.1007/s11606-022-07784-y

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun