Mohon tunggu...
Ibnu Azis
Ibnu Azis Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Blogger, content writer, self employed, social media journalist.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Catatan Sejarah Tak Resmi, Sentral Ilmu Pengetahuan dan Informasi

24 September 2012   11:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:48 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_207678" align="aligncenter" width="500" caption="Foto: Youngsterzz.com"][/caption] Budiono Darsono, founder, dan mantan pemilik portal berita informasi digital Detik.com pernah berujar, zaman batu musnah bukan karena manusia kehabisan batu dan media cetak mulai terkikis bukan karena kehabisan kertas, sebab beralih ke media lain. Konsep inilah yang ia usung tatkala mendirikan Detik.com sebagai media online papan atas nasional hingga Para Group tergiur mengakuisisi senilai USD 60 juta atau sekitar Rp 600 miliar. Sekilas mantan jurnalis Majalah Tempo ini ingin mengatakan jika media tak harus berwujud dalam balutan konvensional kertas serta tinta. Media telah mengalami evolusi. Tak hanya evolusi dalam wujud fisik, namun juga soal penyampaian serta penyajian dan penyebaran. Sebuah media tak hanya dituntut kecermatan dan keakuratan, namun juga kecepatan. Ia membuktikannya dengan Detik.com. Bahkan netizen mengandaikan konten yang dialirkan Detik.com seperti ketukan detik, yang selalu muncul setiap detik. Masih menurut Budiono Darsono, evolusi media juga terjadi di punggawa media. Seorang jurnalis dituntut untuk mampu melakukan banyak hal. Laiknya sebuah komputer, multi tasking. Jurnalis harus bisa menjadi fotografer, penulis, editor, sub-editor, dan tidak memerlukan banyak peralatan. Cukup dengan sebuah smartphone, jurnalis dapat bekerja dengan cepat dan akurat. Di era booming-nya media sosial, kini semakin mudah seseorang untuk menulis dan membagikan berita. Pete Cashmore, CEO dan founder social media blog Mashable.com mengatakan, media sosial adalah media dimana telah berevolusi menjadi sosial. Tiap orang bisa memiliki media mereka sendiri secara bebas dan terbuka. Sehingga tiap individu berhak menjadi reporter, penulis, fotografer, editor, bahkan pemimpin redaksi di media mereka sendiri. Tanpa sadar mereka seperti sosok jurnalis. Entah itu di media sosial jejaring sosial (Facebook), microblogging (Twitter), forum (Kaskus), wiki (Wikipedia), blog (Blogger, Wordpress), video sharing (Youtube), dan lainnya. Sehingga apa yang dikatakan oleh Budiono Darsono tentang jurnalis multi tasking ternyata juga dialami oleh mereka yang beraktivitas di media sosial. Setiap individu bertingkah laku laiknya seorang jurnalis. Mereka menulis dan menulis. Meski hanya menulis status atau kicuan di linimasa, namun aktivitas ini sangat kental dengan ekosistem jurnalistik. Media sosial tidak tersentral pada Facebook, Twitter, atau Youtube. Meski tiga media sosial ini masif digunakan dan menjadi pusat perhatian bagi pengguna internet di tanah air. Ada satu lagi media sosial yang memiliki peran besar dalam mengalirkan informasi dan ilmu pengetahuan serta mengedukasi. Sebuah media sosial yang ditulis oleh ribuan kontributor di seluruh dunia. Media sosial tersebut masuk dalam ranah wiki dan bernama Wikipedia. Kontribusi yang Mengedukasi Sebelum internet meledak di tanah air, terjadi pergeseran metode dalam mencari, memeroleh, serta memburu informasi. Lima atau sepuluh tahun yang lalu, jika kita kesulitan mencari jawaban atas sebuah pertanyaan, pasti bertanya pada orang yang lebih pintar, mencari di buku dan majalah, melihat berita di televisi, mendengarkan radio, atau tenggelam di perpustakaan. Namun sekarang, aktivitas tersebut mungkin sudah ditinggalkan. Informasi dan ilmu pengetahuan dapat digali hanya dalam sekali klik. Wikipedia adalah situs yang unik. Sederhana namun menarik. Sejak resmi diluncurkan pada 15 Januari 2001 silam, konten Wikipedia telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Wikipedia tidak menyajikan informasi yang biasa dijumpai di ensiklopedia reguler. Wikipedia memuat artikel yang sering ditemukan di almanak, majalah, buku, dan yang paling penting, topiknya selalu hangat, akurat, aktual, dan cepat. Ketika sang revolusioner teknologi Steve Jobs mangkat pada 5 Oktober 2011, laman Wikipedia profil pendiri Apple tersebut langsung di-updates keesokan harinya, 6 Oktober 2011 jam 7 pagi. Adalah Ennio Morricone, salah satu kontributor Wikipedia, mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Australia yang memutakhirkannya. Wikipedia adalah website di era Web 2.0. Situs besutan Jimmy Wales dan Larry Sanger ini memakai pola user generated content. Wikipedia memiliki ribuan kontributor di seluruh dunia. Mereka suka rela menulis di Wikipedia tanpa imbalan sepeser pun. Pada 21 Januari 2003 jumlah artikel Wikipedia yang dimiliki mencapai 100.000 buah. Pada 1 Maret 2006, situs ini mampu menghasilkan 1.000.000 artikel. Torehan 2.000.000 artikel berhasil diraih pada 9 September 2007. Dan pada 17 Agustus 2009, Wikipedia menembus angka 3.000.000 artikel. Wikipedia telah mendukung hampir semua bahasa di seluruh dunia. Untuk Bahasa Indonesia sendiri, telah tersedia di Wikipedia sejak 30 Mei 2003. Hadirnya Wikipedia sebagai media informasi baru di era teknologi internet, setidaknya memberi dua dampak besar dalam bidang edukasi. Pertama, Wikipedia mampu mendidik masyarakat lewat konten dan artikelnya yang informatif, aktual, cepat, dan up to dates. Wikipedia sering dijadikan rujukan dan sentral informasi pengguna internet tatkala mencari referensi serta sumber ilmu pengatahuan yang mereka butuhkan. Kedua, Wikipedia adalah sebuah media ajar bagi yang ingin menulis. Siapa saja bebas menjadi kontributor di Wikipedia. Situs ini tidak memandang tingkat pendidikan, latar belakang, usia, serta asal-usul. Asalkan memiliki niat untuk menulis dan berbagi, siapapun bisa menjadi penulis di Wikipedia. Bahkan artis Christian Sugiono juga aktif menulis di Wikipedia. Mulanya menulis asbun (asal bunyi), suami Titi Kamal ini belajar dasar-dasar penulisan melalui Wikipedia. Merambah Sejarah Semua Ranah Wikipedia memuat 90% artikel yang memiliki konten sejarah. Wikipedia memang sebuah media baru, condong ke konsep ensiklopedia online yang melestarikan tradisi (sejarah) dengan cara yang tidak tradisional. Sejarah kaya akan konten. Keberagamannya luas dan menyentuh setiap sendi peristiwa di muka bumi. Mulai dari lingkup lokal, nasional, hingga mancanegara. Setiap kejadian di masa lampau termasuk sejarah. Meski peristiwa tersebut tidak termasuk dalam kategori penting atau krusial. Dan Wikipedia merekamnya. Tak hanya sekadar menyajikan dalam wujud artikel, namun mengalirkan konten-konten tersebut secara cepat. Dikatakan merambah sejarah semua ranah, sebab Wikipedia tak hanya fokus pada satu genre. Wikipedia berkisah segala ranah ilmu pengetahuan di jagad raya. Tak hanya sejarah. Dan segala ilmu pengetahuan tersebut, Wikipedia kemas dalam alur serta konsep yang menyejarah. Penyampaiannya yang kronologis, sesuai alur, mulai pasca hingga pra dan akibat serta dampak, dan tokoh-tokoh dibaliknya. Ini sangat identik dengan historiografi atau salah satu metode penulisan dalam penelitian sejarah. Dengan demikian Wikipedia menyajikan artikel yang begitu kental dengan unsur sejarah. Entah itu di kategori politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, kesenian, teknologi, atau di pelbagai jenis artikel tokoh dan peristiwa, Wikipedia sajikan dengan kaidah-kaidah serta norma penulisan – meminjam istilah ABG – yang sejarah banget! Wikipedia menjelma sebagai media yang concern dan fokus pada konten sejarah. Sejarah di semua ranah. Baik itu peristiwa, tokoh, dan ilmu pengetahuan. Sebuah contoh jurnalistik sejarah di era teknologi dan kecepatan data di zaman internet. Geliat Wikipedia sebagai ensiklopedia daring di jagad maya sejatinya tidak sendirian moncer berjaya. Salah satu sesepuh ensiklopedia, Encyclopaedia Brittanica, telah ancang-ancang untuk terjun ke ranah daring. Dengan konsep berbayar, Encyclopaedia Brittanica yakin bisa menandingi Wikipedia. Encyclopaedia Brittanica adalah ensiklopedia tertua sejak 244 tahun yang lalu. Memiliki 4.000 kontributor dan 100 editor, dan memasang tarif sewa USD 70 setahun, Encyclopaedia Brittanica yakin mampu menjungkalkan kedigdayaan Wikipedia sebagai ensiklopedia daring gratisan. Namun apakah enskilopedia ini bisa menggeser unsur gratis yang telah menjadi mental onliners? Jika ada yang gratis, mengapa harus membayar? Itulah pedoman dan pegangan yang dipegang teguh oleh pegiat dunia maya. Encyclopaedia Brittanica memang terkenal akurat dan dengan sumber data dan penulis yang jelas. Tapi dengan faktor keakuratan dan kejelian data serta penulis, sepertinya sulit untuk menggusur ‘keanggkuhan’ Wikipedia. Informasi di era internet mengandung dua unsur mutlak; gratis dan cepat. Onliners tak sudi berlama-lama dengan birokrasi di internet. Jarak dan waktu penerimaan informasi wajib dalam sekali klik! Bukan berkali-kali hingga menjemukan jemari. Wikipedia adalah salah satu genre media sosial yang hadir tidak sekadar meramaikan gegap gempita booming-nya internet, namun juga memberi sumbangsih besar bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Selain Wikipedia, media sosial lainnya yang memiliki andil besar yakni Facebook dan Twitter. Ingat kasus Prita Mulyasari dan Bibit Chandra Cicak Buaya? Dua kasus tersebut akhirnya mulai melunak tatkala telah ramai di publik melalui Facebook. Di mancanegara Twitter juga memiliki andil besar bagi kasus yang melanda Tunisia serta Mesir. Twitter dijadikan amunisi komunikasi sebagai senjata melawan rezim yang berkuasa. Pendek kata, selain concern dan fokus pada konten sejarah, Wikipedia memiliki andil besar dalam kecerdasan pengetahuan warga dunia maya. Wikipedia mengedukasi melalui dua gerbang; menyajikan ilmu pengetahuan yang merambah semua ranah, dan mengajak pembaca untuk ikut serta dalam penulisan pengetahuan melalui pintu kontributor. Wikipedia tak hanya berposisi sebagai jurnalistik sejarah. Namun media ini juga mengajak kita untuk menjadi seorang jurnalis sejarah. Menulis peristiwa, kejadian, tokoh, ilmu pengetahuan, dan segala sesuatu yang berguna bagi kemanusiaan dengan kaidah-kaidah serta norma yang sangat kental dengan ekosistem sejarah. Cermat dan Akurat Wikipedia memiliki kelemahan yang justru dari kelebihannya. Kekuatan Wikipedia didominasi dari segi konten yang berwujud artikel. Kini konten yang telah diunggah mencapai lebih dari 3.000.000 artikel. Konten-konten ini berasal dari ribuan kontributor di seluruh dunia. Dari tingkat pendidikan apapun, dari latar belakang kehidupan apa saja, semua bebas menulis dan urun rembug di Wikipedia. Wikipedia tidak membeda-bedakan penulisnya. Asal memiliki niat dan ingin belajar menulis, semua bisa menjadi kontributor. Dan ini celahnya. Beberapa waktu yang lalu, aktor seni peran Rowan Atkinson dikabarkan telah meninggal dunia. Kematian “Mr. Bean” bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter. Tak kalah gesit, Wikipedia langsung memutakhirkan laman profil Rowan Aktinson. Ternyata, Wikipedia kecele. Kabar “Mr. Bean” meninggal cuma hoax atau isu sampah belaka. Dan Wikipedia melalui kontributornya harus merevisi kembali. Dari sepenggal cerita diatas dapat diambil dua buah kesimpulan. Pertama, Wikipedia melalui tangan kontributornya tidak jeli dalam menggali informasi. Mereka menelan secara mentah data yang diamini kebenarannya. Imbasnya, informasi yang tersebar di masyarakat tidak akurat. Dan Wikipedia bertanggung jawab atas berita sesat nan tak cermat. Kedua, secara eksplisit, kualitas kontributor Wikipedia patut dipertanyakan. Memang Wikipedia secara bebas memerbolehkan siapa saja untuk bergabung dan menulis. Namun tetap harus diperhatikan kualitas SDM-nya. Bukan kali ini Wikipedia kecolongan. Pada Senin, 3 Januari 2011, sekitar pukul 09.40 WIB, laman artikel Wikipedia yang bertajuk “Gelora Bung Karno Stadium” memiliki kesalahan fatal. Wikipedia (edisi Bahasa Inggris) menulis kepanjangan GBK mejadi Gelora Bung Porno!. Tak hanya fatal, kesalahan ini menimbulkan reaksi keras dari onliners nasionalis. Tokoh proklamator, founding father, dan sosok paling dihormati di negeri ini disematkan dengan kata pornografi. Memang insiden ini mungkin hanya typo. Tapi sekali lagi, patut dipertanyakan kualitas Wikipedia dari segi keakuratan dan kecermatan. Di dalam negeri, kasus serupa juga pernah terjadi. Pentolan Dewa 19, Ahmad Dhani, sempat berang sebab profilnya di Wikipedia ditulis sebagai German-Jewish keturunan Nazi. Meski sempat bangga namanya ada di Wikipedia internasional (edisi Bahasa Inggris), ia tetap geram dan murka dengan perlakuan kontributor Wikipedia yang semena-mena menulis biografi singkatnya. Dan kasus yang paling baru, masih hangat dan segar, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Public Relations Journal mengatakan jika 6 dari 10 artikel di Wikipedia ternyata tidak akurat. Menjadi makin parah saja bukan? Kritik Sumber dan Intrepetasi Dalam salah dua metodologi sejarah ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh sejarahwan; kritik sumber dan intrepetasi. Secara sederhana, kritik sumber adalah metode pengkajian kembali sumber, otentisitasnya, validitasnya, keasliannya, dan keakurattannya. Kritik sumber dibagi menjadi dua, kritik sumber internal dan eksternal. Intrepetasi adalah proses merangkai data-data yang didapatkan tatkala heruistik (pengumpulan data) untuk dijadikan sebuah data baru. Intrepetasi menyusun banyak data. Bukan hanya satu data. Dengan demikian sah-sah saja mengambil data dan sumber dari Wikipedia. Yang patut diingat adalah, menerapkan dua metode di atas pasca heruistik (pengumpulan data). Kritik sumbernya dan lakukan intrepasi. Wikipedia memang sumber jempolan. Jutaan data dan artikel ada disana. Namun situs ini bukan sumber tunggal. Mutlak hukumnya bagi (calon) sejarahwan untuk menggali sumber lebih dari satu sumur informasi. Dan wajib pula hukumnya bagi (calon) sejarahwan untuk mengintrepetasikan pelbagai data untuk dijadikan data baru. Bukan dari data tunggal. Wikipedia adalah sebuah catatatan sejarah tak resmi dan juga sentral informasi. Tak resmi sebab semua kisah sejarah yang tertuang di Wikipedia tanpa ‘persetujuan’ objek penulisan. Baik itu tokoh, peristiwa, perusahaan, organisasi, brand, komunitas, yayasan, sekolah, universitas, dan lain sebagainya. Diluar segala kelemahan Wikipedia, termasuk problematika kecermatan, keakuratan, serta SDM para kontributor, Wikipedia memiliki sumbangsih besar bagi pengedukasian masyarakat. Wikipedia memberikan gaya baru dalam ekosistem dan sistem belajar mengajar. Dan untuk jurnalistik sejarah, Wikipedia hadir dengan dua solusi. Selain mengedukasi dalam menyajikan konten sejarah, Wikipedia mengajak siapa saja untuk bergabung belajar menulis dalam menjadi kontributor. Sekali lagi, meminjam istilah ABG, sangat jurnalistik banget!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun