Mohon tunggu...
Sherief Maronie
Sherief Maronie Mohon Tunggu... -

SAYA ANAK MAKASSAR !!!\r\n\r\nwww.zriefmaronie.blogspot.com\r\ncontraversial, lovers, nicotineholic, caffeinholic, PSMania, Madridista, lecturer in UIT Makassar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nasib Etnis Rohingya di Indonesia

22 Agustus 2012   11:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:27 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebulan terakhir ini, terselip pemberitaan diantara isu-isu lokal mengenai pengungsian etnis Rohingya (kaum minoritas di Myanmar) ke Indonesia. Pemberitaan ini semakin miris manakala mendengar latar belakang etnis Rohingnya yang beragama Islam karena adanya pembersihan etnis di Myanmar.

Tentunya masih banyak diantara kita yang tak mengetahui mengenai sejarah etnis Rohingya di Myanmar, dan yang menjadi fokus perhatian adalah bagaimana regulasi internasional tentang Pengungsian. Melalui tulisan singkat ini mencoba menyoroti bagaimana nasib etnis Rohingya di Indonesia.

Sejarah Etnis Rohingya

Rohingya adalah grup etnis yang kebanyakan beragama Islam di Negara Bagian Rakhine Utara di Myanmar Barat. Populasi Rohingya terkonsentrasi di dua kota utara Negara Bagian Rakhine (sebelumnya disebut Arakan). Jumlah populasi etnis ini diperkirakan kurang lebih 3.000.000. orang. Kata Rohingya berasal dari kata Rohang, nama lama Arakan, yang awalnya sebuah negara independen yang dikuasai secara bergantian oleh orang Hindu, Buddha, dan muslim.

Permasalahan yang dialami etnis Rohingya sebenarnya masalah pemberian kewarganegaraan kepada etnis Rohingnya, pemerintah Myamnar sampai saat ini masih menganggap bahwa etnis Rohingya adalah imigran illegal di Myanmar yang berasal dari Bangladesh yang telah ada di Myanmar sebelum kemerdekan Myanmar pada tahun 1948. Hal ini tentunya mengakibatkan etnis Rohingya tak dapat hak pendidikan, layanan kesehatan, dan bahkan pekerjaan yang layak.

Selain masalah pemberian kewarganeraan, permasalahan yang dialami etnis Rohingya yaitu masalah adanya konflik etnis Rohingya dengan etnis Rakhine. Etnis Rakhine menganggap bahwa dengan semakin bertambahnya populasi etnis Rohingnya tentu akan mengurangi hak atas lahan di wilayah Arakan, Rakhine.

Konflik antar kedua etnis ini semakin parah ketika beredarnya issu perampokan dan pemerkosaan terhadap perempuan Rakhine bernama Ma Thida Htwe pada 28 Mei 2012. Kepolisian Myanmar sebenarnya telah menahan dan memenjarakan 3 orang tersangka pelaku yang kebetulan dua di antaranya adalah etnis Rohingya. Namun, tindakan itu ternyata tak cukup mencegah terjadinya kerusuhan di negara bagian Rakhine yang terletak di bagian barat Myanmar itu. Pada tanggal 4 Juni, terjadi penyerangan terhadap bus yang diduga ditumpangi pelaku pemerkosaan dan kerabatnya. Tercatat 10 orang Muslim Rohingya tewas. Sejak itu, kerusuhan rasial di Rakhine pun meluas hingga terjadinya pembakaran perkampungan dan pengusiran etnis Rohingya.

Dengan semakin meningkatnya tekanan yang dihadapi etnis Rohingya, tentunya mereka akan mencari perlindungan di luar Myanmar. Bangladesh yang merupakan negara terdekat dan mempunyai hubungan sejarah dengan etnis Rohingnya menjadi tujuan utama. Tetapi, Bangladesh sendiri tidak bersedia menampung mereka dengan alasan tidak mampu. Sehingga banyak pengungsi Rohingya ke Bangladesh dipulangkan kembali begitu tiba di Bangladesh. Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, menyatakan negaranya tidak ingin ikut campur soal nasib pengungsi Rohingya. Kekerasan dua bulan terakhir yang menimpa etnis minoritas itu bagi dia urusan pemerintah Myanmar. Jangankan mendapat perlindungan, diperlakukan layak saja sudah sangat beruntung. Setibanya di pantai-pantai Bangladesh, mereka dikumpulkan dan dijaga ketat oleh aparat bersenjata lengkap. Di bawah todongan senjata mereka dibariskan lalu diberi nasi bungkus dan satu botol air minum. Tentara militer dengan menggunakan senapan serbu semi-otomatis yang biasa digunakan dalam perang itu, kemudian menggiring mereka ke dermaga. Setelah itu mereka disuruh naik ke sampan-sampan yang jauh dari layak untuk menyeberangi lautan. Dengan tanpa belas kasihann sedikitpun para militer tersebut melakukan perintah komandannya untuk memaksa para pengungsi itu untuk masuk ke sampan itu lalu kembalilah ke laut.

Myanmar mengusir mereka, di Bangladesh mereka ditolak. Presiden Myanmar Thein Sein mendukung kebijakan yang mendorong terjadinya penghapusan etnis. Thein Sein mengatakan, sekitar 800 ribu etnis Rohingya harus ditempatkan pada kamp pengungsi dan dikirim ke perbatasan Bangladesh.

Kini etnis Rohingnya mengungsi ke Indonesia, dan kini ada yang telah sampai ke Makassar di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) di Pallangga, Gowa. Bagaimanakah nasib mereka selanjutnya setelah di Indonesia ? apakah kita dapat menolaknya seperti Bangladesh, ataukah kita menampungnya?

Regulasi Pengungsian di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun