Mohon tunggu...
S Herianto
S Herianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Katanya orang-orang, saya penulis, fotografer, designer grafis, dan suka IT. Bisa jadi. Tulisan saya juga ada di www.cocokpedia.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teknik Mencipta Puisi Serupa Mantra

7 Maret 2018   23:57 Diperbarui: 8 Maret 2018   00:16 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: lampungpro.com

Kata mantra berasal dari sansekerta dari kata "mantra" atau "manir" dalam kitab Veda, yaitu kitab suci umat Hindu. Dalam masyarakat nusantara, mantra dikenal sebagai serapah, jampi atau seruan. Mantra merupakan kumpulan kata-kata yang dipercaya mempunyai kekuatan mistis.  Mantra digunakan atau diucapkan pada waktu dan tempat tertentu yang bertujuan menimbulkan suatu kemampuan tertentu bagi orang yang menggunakan atau mengucapkan mantra tersebut.  

Mantra umumnya didalamai dan dikuasai oleh orang-orang tertentu, seperti dukun atau pawang. Di nusantara mantra digolongkan ke dalam karya sastra bergenre puisi. Ia termasuk dalam puisi-puisi  lama. Salah satu alasan mantra dimasukkan ke dalam kesastraan lisan Indonesia adalah karena bahasa mantra berirama dan sangat indah.

Bagaimana ciri-ciri puisi yang tergolong ke dalam mantra? Mantra terdiri atas beberapa rangkaian kata yang memiliki irama. Isi dari mantra berhubungan dengan kekuatan gaib. Berbentuk puisi yang isi dan konsepnya menggambarkan kepercayaan suatu masyarakat pada saat itu. Mantra dibuat dan diamalkan untuk tujuan tertentu. 

Mantra didapat dari cara gaib, seperti keturunan atau mimpi. Atau bisa dijuga diwarisi dari perguruan yang diikuti. Mantra mengandung rayuan dan perintah. Mantra memakai kesatuan pengucapan. Mantra adalah sesuatu yang utuh dan tidak bisa dipahami melalui setiap bagiannya. Di dalam sebuah mantra terdapat kecenderungan esoterik pada setiap kata-katanya. Mantra mementingkan keindahan permainan bunyi.

Mantra memiliki banyak sekali jenis sesuai dengan kegunaannya. Antara lain adalah: Mantra Kedigdayaan, Mantra Pagar Diri, Mantra Pakasih, Mantra Pengobatan, dan sebagainya. 

Puisi mantra saat ini tergolong langka. Produksi kreatifnya berbanding lurus dengan langkanya penciptanya. Bagaimana mencipta puisi mantra sehingga dapat menjadi referensi mengisi kekosongan tersebut? Mungkin tidak pada mantranya, sedikitnya serupa dengan mantra Berikut beberapa teknik mencipta puisi serupa mantra yang mungkin bisa dijadikan rujukan bagi penulis puisi berjenis langka ini.


dokpri
dokpri

Pada larik pertama 'andai semua orang' ketia mengalami pergeseran morf menjadi 'an daise muaor an.' 'Ta' ditambahkan diambil dari larik kedua untuk menepati bunyi dan ketukan. Menarik, bukan?

dokpri
dokpri
Teknik ini sekedar menambahkan kata atau huruf sehingga 'kutatap wajah batinmu' menjadi 'kunta fatapwa yajahba kun tinmu.' Unsur yang ditambahkan adalah kun dan fa.

dokpri
dokpri
Teknik removal pada puisi asli di kiri menjadi kanan dengan mengurangi beberapa huruf. 'Bulan sabit mengintip dari celah pelampung' menjadi 'Ulan abit intip ri lah lampung' karena telah mengalami penghapusan huruf. 

Demikian beberapa teknik yang dapat ditawarkan. Teknik tersebut berdasarkan beberapa eksperimen. Moga dapat bermanfaat dan menambah khasanah perpuisian mantra di nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun