Mohon tunggu...
S Herianto
S Herianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Katanya orang-orang, saya penulis, fotografer, designer grafis, dan suka IT. Bisa jadi. Tulisan saya juga ada di www.cocokpedia.net

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Daging yang Cantik

2 Desember 2016   01:01 Diperbarui: 2 Desember 2016   01:55 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Badrun masih hidup dan sehat, dia sangat menyukai perempuan cantik dan molek. Suatu hari ketika berjumpa idola imajinasinya, ia pun berjanji : ‘suatu saat aku harus merasakan kehangatan tubuhmu.’

Lama sekali cerita itu hilang. Tibalah waktu bagi Badrun meninggal dunia. Kabar kematiannya sampai pula kepada perempuan yang digandrunginya dulu, yakni seorang pelacur. Karena sebelum meninggal dia berwasiat kepada keluarga besarnya bahwa jika ia mati sampaikan kabar kematiannya kepada perempuan itu.

Kabar mengejutkan itu telah diterima perempuan cantik dan molek itu. Maka, dibuatlah perjanjian seceptanya dengan keluarga Badrun bahwa perempuan itu akan memenuhi keinginan Badrun sebelum dikuburkan.

Pihak keluarga menyetujuinya.

Perempuan itu bernama Zyeda. Keturunan Serbia. Wajahnya secemerlang bintang. Senyumnya dapat menyembuhkan penyakit pelupa. Aroma tubuhnya membuat kesadaran bangkit. Semua tampak sempurna sebagai ciptaan Tuhan yang Maha Sempurna.

Disatukanlah Zyeda dengan Badrun dalam satu kamar yang terkunci. Zyeda melepas sebagian-sebagian dari pakaiannya hingga benar-benar telanjang bulat. Bersuaranya Zyeda di depan mayat Badrun.

“Wahai Badrun yang telah mati dan sebenarnya masih di sekitar jasadnya. Lihatlah, inikah yang kamu inginkan?” Zyeda mengitari mayat Badrun.

“Aku sadari, tubuhku memang molek. Aku memang cantik. Aku pernah ditawari menjadi istri seorang gubernur, tapi menolak. Karena seorang gubernur tidak pantas untukku.”

“Bukalah matamu, Badrun! Lihat, aku baik-baik! Tatap manapun yang engkau suka! Bergeraklah, bergegaslah! Waktu sedikit.”

“Katanya engkau menginginkan merasakan tubuhku yang hangat? Bangunlah! Aku relakan semua untukmu sekarang. Tidak pada waktu yang lain. Ayolah, Badrun!”

“Gunakan akalmu yang paling liar dan kotor untuk merasakan kenikmatan bersamaku!

“Lepaskan semua nafsumu, gunakan ukuran yang paling dahsyat dari nafsumu itu untuk merenggut semua yang aku punya!”

“Aku datang untuk memenuhi wasiatmu. Aku datang untuk memenuhi keingananmu. Aku datang hari ini khusus untukmu. Sambutlah aku! Jangan diam!”

“Baiklah, Badrun. Ternyata kamu tidak mampu berbuat apa-apa setelah kupenuhi janjiku untuk menemui. Aku juga memenuhi wasiatmu tapi kamu tak berdaya lagi. Kamu bahkan tak bisa membuka kedua kelopak matamu. Dadamu sudah dingin, tangan dan kakimu sudah kaku. Bahkan, anumu tidak tampak lagi sebagai lambang kejantanan malah lebih mirip segemgam daging.”

“Aku bersyukur Badrun. Dengan kehadiranku memenuhi wasiatmu, aku sadar, ternyata aku yang katamu cantik dan molek, ternyata bukanlah siapa-siapa. Aku juga sama sepertimu hanyalah segenggam daging yang kebetulan masih dialiri sifat hidup. Aku hanyalah benda yang bergantung. Pertemuan ini membuatku sadar tentang hidup. Sekarang aku sekarang bisa benar-benar melihat siapa diriku ini.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun