Badrun masih hidup dan sehat, dia sangat menyukai perempuan cantik dan molek. Suatu hari ketika berjumpa idola imajinasinya, ia pun berjanji : ‘suatu saat aku harus merasakan kehangatan tubuhmu.’
Lama sekali cerita itu hilang. Tibalah waktu bagi Badrun meninggal dunia. Kabar kematiannya sampai pula kepada perempuan yang digandrunginya dulu, yakni seorang pelacur. Karena sebelum meninggal dia berwasiat kepada keluarga besarnya bahwa jika ia mati sampaikan kabar kematiannya kepada perempuan itu.
Kabar mengejutkan itu telah diterima perempuan cantik dan molek itu. Maka, dibuatlah perjanjian seceptanya dengan keluarga Badrun bahwa perempuan itu akan memenuhi keinginan Badrun sebelum dikuburkan.
Pihak keluarga menyetujuinya.
Perempuan itu bernama Zyeda. Keturunan Serbia. Wajahnya secemerlang bintang. Senyumnya dapat menyembuhkan penyakit pelupa. Aroma tubuhnya membuat kesadaran bangkit. Semua tampak sempurna sebagai ciptaan Tuhan yang Maha Sempurna.
Disatukanlah Zyeda dengan Badrun dalam satu kamar yang terkunci. Zyeda melepas sebagian-sebagian dari pakaiannya hingga benar-benar telanjang bulat. Bersuaranya Zyeda di depan mayat Badrun.
“Wahai Badrun yang telah mati dan sebenarnya masih di sekitar jasadnya. Lihatlah, inikah yang kamu inginkan?” Zyeda mengitari mayat Badrun.
“Aku sadari, tubuhku memang molek. Aku memang cantik. Aku pernah ditawari menjadi istri seorang gubernur, tapi menolak. Karena seorang gubernur tidak pantas untukku.”
“Bukalah matamu, Badrun! Lihat, aku baik-baik! Tatap manapun yang engkau suka! Bergeraklah, bergegaslah! Waktu sedikit.”
“Katanya engkau menginginkan merasakan tubuhku yang hangat? Bangunlah! Aku relakan semua untukmu sekarang. Tidak pada waktu yang lain. Ayolah, Badrun!”
“Gunakan akalmu yang paling liar dan kotor untuk merasakan kenikmatan bersamaku!