Setelah saya telusuri, ternyata ada dua tipe orang yang saling beroposisi pendapat di dunia berwirausahaan. Tipe yang pertama adalah mereka yang merasa bahwa sebelum memulai berwirausaha, harus terlebih dahulu merasakan kerja di bawah naungan orang lain, konon katanya supaya bisa mengetahui seluk-beluk dari sebuah perusahaan tanpa merasakan sisi negatifnya—rugi. Baru lah setelah mendapatkan cukup ilmu, mereka akan mencoba untuk bereksperimen dengan modal pengalaman yang sudah mereka tabung. Tipe yang kedua merupakan orang-orang yang berpendapat bahwa pengalaman bisa ditimba sembari usaha berjalan. Mungkin itulah yang orang katakan sebagai “I learned it the hard way.”
Bagaimana dengan saya sendiri? Apakah saya tipe yang mau menimba ilmu terlebih dahulu, atau tipe yang mau bereksperimen dengan modal keberanian? Sedari dahulu, saya selalu didoktrin oleh pemikiran kedua orang tua saya, yang mana mereka berdua pun memang wirausahawan. Karena mereka sendiri pun saat memulai perjalanan hanya dimodali keberanian dan keyakinan, saya saat itu menjadi yakin bahwa kerja di bawah orang lain hanyalah membuang-buang waktu. Saya berpikir, untuk apa saya di-babukan dan di-budaki oleh orang lain? Namun semakin beranjak dewasa, semakin saya menyadari bahwa memiliki pengalaman kerja di bawah orang lain merupakan suatu hal yang penting dalam membangun bisnis.
Saat bekerja, tentunya banyak aspek diri kita yang akan diuji, namun juga diasah. Kemampuan bersosialisasi seperti bagaimana cara untuk kerja sama dengan orang lain secara profesional, sikap seperti apa yang perlu ditunjukan saat menangani klien, sikap apa yang perlu ditunjukan kepada atasan. Supaya kita tahu perlu berekspektasi seperti apa dan menetapkan itu sebagai bare minimum saat kita memulai berwirausaha nantinya. Banyak sekali orang yang tidak berhasil dalam bidang wirausaha karena cara mereka membawa diri belum terlihat sebagaimananya seorang pebisnis. Meski mereka pandai dalam mempromosikan produk mereka, ataupun produk mereka yang lezat, jika tidak bisa diimbangi dengan sikap yang sepatutnya tentu akan susah untuk berkembang. Bayangkan saja jika anda membeli sebuah makanan yang sangat lezat, namun ternyata yang melayani sangatlah tidak ramah dan tidak tahu cara menangani pembeli dengan baik, apakah anda akan balik ke tempat itu? Tentu tidak.
Meskipun kita memulai berwirausaha dalam skala yang kecil, kita tetap harus punya mimpi untuk membesarkan atau mengembangkan usaha kita menjadi skala yang lebih besar. Apa yang dibutuhkan jika usaha kita sudah berkembang? Betul, tenaga kerja. Saat sebuah perusahaan merekrut seseorang, apakah orang itu akan langsung diloloskan sebagai karyawan tetap? Tentu tidak, mereka akan melalui proses training terlebih dahulu supaya performa mereka bisa mencapai ekspektasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jika kita mau melatih seseorang, tentu kita harus tahu terlebih dahulu bagaimana caranya. Cara apa lagi yang lebih baik daripada menjadi orang yang dilatih itu sendiri? Dengan begitu, kita jadi tahu apa yang perlu dipersiapkan jauh sebelum merekrut orang lain.
Dan juga, pengalaman kerja memanglah penting, namun satu hal lain yang tidak kalah penting adalah memiliki relasi. Secara simpel, memiliki teman-teman yang mau membantu dan membeli dagangan kita sendiri pun bisa dikatakan sebagai relasi. Setidaknya, kita berhasil menjual beberapa produk meskipun dengan kuantitas yang sedikit. Secara luas, relasi bisa memudahkan kita entah dalam proses perencanaan, pembuatan, dan juga proses penjualan. Di dunia wirausaha, privilege sangatlah bermanfaat, jika kita punya itu, maka pastikan untuk gunakan privilege itu. Secara gaulnya—”orang dalam”, bisa membantu melancarkan dan mempermudah segala sesuatunya. Yang seharusnya perlu keliling-keliling mengitari tempat ke tempat untuk mencari supplier yang pas, jika sudah memiliki relasi, kita hanya perlu tekan tombol call dan masalah pun terselesaikan dengan mudah.
Secara kesimpulan, memang bisa membangun pengalaman dan relasi sembari memulai berwirausaha, namun alangkah lebih baik jika kita lebih mematangkan diri dan menyiapkan ekspektasi-ekspektasi supaya meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Jika tetap ingin mencari pengalaman melalui berwirausaha, silahkan tetap dijalankan karena memang tidak sedikit wirausahawan sukses yang juga melakukan hal yang sama. Setelah membaca, renungkan kembali manakah jalan yang paling pas terhadap diri sendiri, dan pilihlah jalan itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI