Mengenal Mindfulness :Â
Mindfulness sepertinya sudah bukan istilah asing bagi sebagian orang. Seringkali orang berkata jika menerapkan mindfulness maka hidupnya akan selalu bahagia. Namun, apakah benar mindfulness membuat orang selalu bahagia?
Jika kita merujuk pada definisi dari mindfulness, maka kita akan menemukan bahwa aspek utama yang terkandung dalam mindfulness adalah kesadaran (awareness) dan atensi (attention) sehingga mindfulness dapat didefinisikan sebagai sadar penuh, hadir utuh. Ketika kita memberikan kesadaran dan atensi/perhatian kita, maka yang akan kita amati adalah realita. Hal ini berarti jika seseorang menjadi mindful maka ia akan menjadi seseorang yang realistis/netral (tidak pesimis dan tidak optimis).Â
Sifat asli dari realita adalah tidak abadi, tidak memuaskan, dan tidak inti. Sedangkan kebahagiaan adalah hal-hal yang minim rasa sakit. Oleh sebab itu, mindfulness berfungsi untuk mengidentifikasi hal-hal yang membuat tidak bahagia bukan memberikan tips & tricks agar selalu bahagia.Â
Being Aware of Expectation :Â
Seringkali kita terlalu berekspektasi akan hal-hal yang terjadi di hidup ini. Target utama yang paling sering kita beri ekspektasi adalah sesama manusia. Kita berekspektasi bahwa manusia akan membawa kita kedalam kebahagiaan juga. Jika apa yang kita ekspektasi tidak terwujud atau berlawanan dengan apa yang terjadi di realita, kita cenderung akan merasa kecewa, marah atau tidak bahagia. Lalu bagaimana mindfulness memandang sebuah ekspektasi ini? Jika menerapkan mindfulness berarti menjadi realistis, apakah kita tidak boleh berekspektasi?Â
Ekspektasi adalah cita-cita yang kita ciptakan dalam pikiran kita sendiri sehingga kita mengharapkan seseorang berperilaku/terjadi sesuai dengan keinginan kita. Ketika yang terjadi diluar harapan kita, kita akan bereaksi dengan kemarahan, kesedihan, frustasi, dan lain-lain. Tentu saja merasakan sebuah emosi adalah hal yang wajar, namun jika terlalu banyak emosi negatif akan membahayakan kesehatan maupun kesejahteraan kita. Hanya karena kemarahan atau kesedihan kita tidak berarti bahwa apa yang kita kecewakan akan ikut berubah bukan?
Jika kita menerapkan mindfulness, maka kita akan terbiasa untuk tidak berekspektasi. Kita akan mengamati realita yang ada saja, tidak fokus kepada kebahagiaan tetapi lebih mengidentifikasi hal yang tidak membuat kita bahagia. Walaupun akan sering banyak distraksi yang muncul saat menerapkan perilaku mindful. Namun hal tersebut bukanlah perkara yang besar saat kita sedang berlatih mindful. Sekali lagi, menerapkan mindfulness bukan berarti sama sekali tidak berekspektasi, itu adalah sifat naluriah manusia. Tetapi, menjadi mindful akan membawa kita untuk tidak fokus kepada ekspektasi tersebut, melainkan realita. Â
Lalu, bagaimana jika kita terlanjur terjebak dalam ekspektasi lalu kecewa? Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk diri saat terlanjur marah/sedih terhadap ekspektasi dan kembali memberikan respon yang mindful:Â
Jangan bicara dulu, Â reaksi negatif akan membuat kita menyesali nantinya. Kemudian sadari pernapasan kamu tanpa mengubahnya, dalam artian mengamati nafas apakah ia lambat atau cepat? Jika tidak bisa merasakannya, bisa dilakukan dengan menghitung dari satu hingga sepuluh.Â
Perhatikan sensasi dalam tubuhmu ketika ekspektasi tidak terpenuhi. Apakah sakit pada bagian perut, bahu, atau bagian lain? Bayangkan dan rasakan napas yang masuk ke bagian tubuhmu dan lihat apa yang terjadi.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!