Alur pengeringan ASI
Proses pengeringan ASI bubuk tidak dapat dilakukan secara sembarangan, perlu ada mesin untuk mengeringkannya selama 48 jam. Di Indonesia terdapat perusahaan penyedia jasa freeze dried ASI yang memiliki mesin khusus untuk mengeringkan bongkahan ASI beku menjadi ASI bubuk.
Alur pengerjaannya pertama - tama yaitu seorang ibu dapat mengirimkan ASI dalam bentuk frozen berjumlah 1 liter yang dimasukkan ke dalam cooler box lalu dikirim ke jasa freeze dried. Proses pengerjaannya mulai dari 7-14 hari kemudian ASI dikirimkan kembali ke ibu menggunakan box berisi 20 sachet ASI bubuk per 5 gram.
Lantas, apakah aman?
Pro kontra yang timbul dimasyarakat membuat pertanyaan besar, apakah ASI bubuk ini aman digunakan. Sampai sekarang, lembaga kesehatan internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Food and Drug Administration (FDA) belum memberikan panduan resmi mengenai keamanan dan praktik terbaik dalam penggunaan teknik freeze drying untuk ASI. WHO tetap menegaskan bahwa ASI segar merupakan sumber nutrisi yang paling baik untuk bayi dan anak - anak. Sementara itu, FDA juga belum mengeluarkan spesifikasi atau pedoman khusus tentang produk ASI yang diolah dengan freeze drying.
Menurut Ketua Satgas ASI IDAI, DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K), freeze drying saat ini belum memiliki bukti tentang kandungan gizi ASI dan keamanan dari bakteri dan virus.
Ia memberikan tanggapan bahwa "Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,”jelas dr. Naomi. Ia juga menambahkan bahwa saat ini di Indonesia belum direkomendasikan penggunaanya. Pasalnya, IDAI menilai teknologi pengolahan ASI bubuk di Indonesia masih belum ada yang benar-benar mendapatkan dukungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Kehadiran Freeze drying ASI menjadi bubuk adalah sebuah inovasi teknologi kesehatan khususnya bagi bank ASI yang mungkin menawarkan banyak keuntungan, terutama dalam hal penyimpanan. Inovasi ini dapat menjadi pilihan untuk ibu saat berpergian karena ASI bubuk lebih mudah untuk dibawa berpergian.
Tetapi, tanpa pedoman yang jelas dari lembaga kesehatan dunia seperti WHO dan FDA, serta kekurangan data tentang efek jangka panjangnya terhadap nutrisi ASI, penting bagi para orang tua dan penyedia layanan kesehatan untuk berhati-hati. Masih dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memastikan bahwa teknologi ini tidak hanya inovatif tetapi juga aman dan efektif untuk bayi serta anak-anak.
Dalam hal ini menjadi perhatian juga bagi tenaga medis untuk selalu menekankan pada orang tua terutama ibu bahwa ASI paling baik untuk seorang bayi adalah saat ia menyusu secara langsung.