[caption id="attachment_411559" align="aligncenter" width="300" caption="Infografis hasil penelitian Remotivi"][/caption]
Semakin banyak aja ya tayangan televisi yang tak bermanfaat buat ditonton. Beberapa teman sering kasih saran, “Yaudah, kalau tayangan jelek tinggal ganti channel atau matiin TV –nya.”
Tunggu tunggu, iya sih saran ini masuk akal, tapi coba pikir lagi dengan dua saran itu. Saran pertama, ganti channel. Mau ganti ke channel apa lha wong mayoritas TV di negara kita ini nampilin tayangan tak sehat je. Channel 1 sinetron judul pengen ke mekah isinya malah babi ngepet dan pesugihan, ganti channel 2 isinya komedi vulgar, ganti channel 3 isinya berita partai sendiri. Ada pilihan? Oooh kalau gitu ganti channel di TV berbayar aja (pay tv/tv kabel/tv berlangganan), begitu saran selanjutnya. Dikiranya semua masyarakat kita bisa nonton di tv berbayar kali ya. Inget tuh, masih banyak tetangga kita yang cuma bisa mengandalkan tv yang free to air (nggak berbayar) sebagai satu-satunya media hiburan, sumber informasi, dan teman bagi anak-anaknya di rumah. Oke saran pertama kita coret dari daftar solusi berarti ya.
Saran kedua, matiin aja tv-nya. Eits, ingat kalau tv bersiaran pakai gelombang frekuensi yang terbatas jumlahnya. Selain terbatas, tayangan tv bisa sampai ke rumah kita tidak benar-benar gratis tanpa perlu kita bayar lho. Pengelolaan infrastruktur agar stasiun tv bisa bersiaran dan diterima di tv masing-masing rumah biayanya diambil dari pajak yang kita bayarkan. Banyak pajak yang kita bayar kan? Mulai dari pajak penghasilan, pajak bumi bangunan, pajak makanan, dan sebagainya. Nggak sayang uang pajak kita tuh, kalau membiarkan tv menampilkan apa yang mereka mau tanpa memperhatikan hak kita sebagai warga untuk dapat tayangan yang sehat?
Hmmm, berarti nggak ada solusi dong agar tayangan TV kita sehat dan bermanfaat? Ada dong. Negara menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk mengadukan tayangan TV tak sehat lewat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). KPI membuka berbagai saluran pengaduan seperti hotline, sms, email bahkan media sosial. Tapi, masyarakat harus proaktif mencari tahu tindak lanjut dari masing-masing aduannya. Ribet? Nah, sekarang ada yang lebih gampang kok. Pakai saja aplikasi Rapotivi atau buka www.rapotivi.org.
Rapotivi, dari kata Rapor yang kita kenal sebagai buku nilai. Semangat mengembangkan aplikasi ini adalah sebagai jembatan bagi masyarakat mendapatkan haknya sebagai warga negara. Selama ini, televisi sebagai media memandang masyarakat hanya sebagai konsumen. Padahal dalam amanat undang-undang televisi dipinjami frekuensi milik publik untuk bersiaran dengan syarat harus memenuhi hak warga mendapatkan tontonan yang layak ditonton. Masyarakat berhak menuntut jika hal ini tidak terpenuhi dan jangan takut karena ini dilindungi undang-undang kok.
Rapotivi dikelola dan dikembangkan oleh Remotivi, sebuah lembaga studi pertelevisian dan media monitoring yang peduli terhadap hak warga mendapat tayangan tv sehat. Nah, di aplikasi dan situs ini pengguna tidak hanya bisa mengadukan tayangan tv yang tak sehat tapi juga tersedia komik, infografis hasil penelitian, dan artikel singkat yang terbit secara berkala mengenai televisi dan aturan-aturan yang menyertainya.
Oh iya, tim Rapotivi juga menyediakan banyak hadiah lho bagi pengguna yang aktif mengadukan tayangan TV tak sehat. Setiap aduan yang lolos verifikasi (benar melanggar aturan/berpotensi melanggar) akan mendapat poin 10. Dan pengguna lain bisa memberikan dukungan dengan nilai 1 poin. Jika pengguna mendapatkan 100 poin, pengguna berhak mendapat t-shirt eksklusif dari Rapotivi dan akan dikirim ke alamat pengguna. Nah, setiap tiga bulannya (dalam 2 periode) pengguna dengan poin terbanyak berhak mendapatkan hadiah senilai Rp 500,000. Menarik kan? Partisipasi sebagai warga negara untuk menuntut tayangan tv sehat terpenuhi, dapat hadiah pula. Ayo, buruan jadi pengguna Rapotivi. Kini, nilai TV ada di tangan Anda.
Ingat, bahwa perubahan tidak mungkin terjadi hanya dalam sekejap mata dan tanpa campur tangan banyak orang. Jadi, partisipasi kita semua untuk mewujudkan dunia penyiaran yang sehat tentu sangat berharga bagi perubahan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H