Mohon tunggu...
Septi Diah Prameswari
Septi Diah Prameswari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah sesosok insan yang berjuang hidup mencari sepercik cahaya ilmu di tempat yng jauh dari kota kelahiran saya. Perjuangan tak kan berhenti sebelum kuhembus nafas terakhir.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku dan Tahun 2012

4 Januari 2012   23:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, hari kelima di tahun 2012. Pagi ini masih seperti pagi-pagi sebelumnya. Biasa. Lagi-lagi pagi ini, masih di ranjang asrama. Pagi yang masih dingin, seolah tubuh tak ingin di ajak beranjak mengusir kantuk, menyembah pada Sang Pemilik Waktu. Alarm mengusik mimpi-mimpiku, tapi aku tak ingin mempedulikannya. Kutarik selimut tuk menyempurnakan tidurku. Bodoh amat ahh, bangun agak nanti aja. Sekali-kali. Pikirku.

Hmmm ternyata Allah SWT masih menyayangiku. Ia menyuruh malaikat untuk membangunkanku. Ia tak ingin aku kehilangan rahmat shubuh-Nya. Aku bangun tergesa, setelah kulihat jam di HP menunjukkan shubuh hampir habis. Setelah shalat usai, aku baru sadar. Aku menyesal. Pagi ini, pagi kedua aku terlambat bangun untuk shalat lail di tahun 2012 yang baru saja berganti. Aku terlambat bangun untuk mentadaburi ayat-ayat-Nya. Aku lebih suka tidur, tidur dan tidur lagi. Ya Rabbi, belum ada seminggu yang lalu aku ingin berubah dan membuat janji-janji yang harus kutepati di tahun ini. Resolusi untuk perbaikan diri ini.

13257183571969870039
13257183571969870039

Tekad telah aku tancapkan kuat-kuat dalam diri ini. Pikirku. Tapi ternyata itu tak terlalu kuat untuk melawan sebuah kata “MALAS”. Aku sangsi, mungkinkah aku bisa raih bintang di angkasa, jika aku hanya asyik bermain di dunia? Aku sangsi, mampukah aku wujudkan impian jika aku lebih suka tidur. Hah, itu tak mungkin terjadi jika tanpa keajaiban. Keajaiban yang benar-benar ajaib.

Waktu satu tahun masih cukup banyak. Tekadku memang perlu dibulatkan kembali. Tak boleh lonjong sedikit pun. Tak boleh ada duri sekecil apapun yang menghalangiku. Menata kembali sebuah impian yang harus diusahakan tahun ini. Bayangan anak-anak kecil menari indah di pikiranku. Yaah, mimpi anak-anak. Mimpiku. Taman baca. Sebuah taman baca unik untuk meningkatkan minat baca anak-anak kampung. Lengkap dengan komputer dan internet agar mereka mampu melihat dunia. Membuka cakrawala pandang mereka. Membuka wawasan mereka. Yaa, dengan internet yang semakin memudahkan. Apalagi bagi kami yang tinggal di kampung. Hadirnya internet layaknya malaikat bagi kami. Semua berputar dalam otakku, berwarna-warni seperti bianglala di pasar malam.

Mimpi itu harus kuwujudkan tahun ini. Tapi jika aku masih kalah dengan kemalasan. Jika aku masih merasa nyaman menutup mata saat adzan subuh memanggil. Jika aku masih terlelap saat harusnya aku menghadap-Nya. Apakah mungkin impian itu, sebuah taman baca, bisa terwujud? Yaa ternyata inilah musuh yang selama ini menghalangi setiap jalanku. Musuh yang tak ingin melihat kesuksesanku. Musuh yang harus segera dimusnahkan. Oke, genderang perang akan kutabuh tahun ini. MALAS, enyahlah kau dari hidupku. Seberapa pun kuatnya kau menghalangiku, I don’t care. Tekadku lebih kuat dari rayuanmu. Aku tersadar, resolusiku tahun ini ternyata adalah memerangi kemalasanku sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun