Prabowo-Hatta menang di Facebook, Â Jokowi-JK kuasai Kompasiana, Twitter, Mindtalk, Kaskus dan Detik.
Tampilan homepage Sentigram
Perang di dunia cyber menjadi warna tersendiri di pemilihan presiden kali ini. Wajar saja, pengguna internet di Indonesia konon mencapai 82 juta orang. Angka itu hampir mendekati separuh dari jumlah pemilih (Daftar Pemilih Tetap) di pilpres 190 juta. Belum lagi kalau user internet tersebut benar-benar bisa memengaruhi pilihan orang di sekitaranya.
Bagi masyarakat perkotaan atau dengan tingkat pendidikan yang relatif baik, metode kampanye lewat internet juga lebih tepat sasaran ketimbang cara konvensional seperti penempelan spanduk, stiker atau lewat panggung dangdutan.
Sekilas, kekuatan dua capres ini di dunia maya relatif seimbang. Keduanya sama-sama didukung pasukan cyber (terlepas entah murni relawan atau bayaran) yang militan. Terkadang, saya penasaran juga siapa sih yang lebih unggul?
Fenomena ini yang ditangkap oleh Muqorrobien Marufi Syihab, seorang programmer muda asal Yogyakarta. Bersama Ansvia, perusahaan yang menaunginya, Robin membuat sebuah aplikasi berbasis web yang diberi nama Sentigram. Aplikasi ini mampu memetakan distribusi dukungan terhadap masing-masing capres di dunia maya. Hebatnya lagi, pemrosesan data berlangsung real time.
Berdasarkan data yang diproses Sentigram pada saat tulisan ini dibuat (Jumat 4 Juli 2014 pukul 11.00 WIB), pasangan Jokowi-JK terlihat unggul nyaris di semua social media kecuali Facebook. Pada situs pertemanan buatan Mark Zuckerberg itu, Prabowo unggul atas Jokowi dengan perbandingan 46 % - 29 %, dan sisanya 25 % netral.
Sedangkan di Mindtalk (Social media buatan Ansvia), justru Jokowi-JK yang unggul. Perbandingannya adalah 55% (Jokowi-JK), 17 % (Prahara), 28 % (Netral). Keunggulan juga dipegang Jokowi di Kompasiana (43% - 26% - 31%), Kaskus (37% - 28% - 26 %), Twitter (47% - 28% - 25%), dan Detik (40% - 27% - 34%).
Rerata ini yang kemudian menjadi perhitungan elektabilitas berdasarkan Sentigram. Jokowi-JK memiliki elektabilitas 44,39%, Prabowo-Hatta 39,42% dan undecided voters sebesar 16,19%. Setiap postingan terhadap calon juga dibedakan menjadi tone positif, negatif dan netral.
Bahwa di tengah-tengah cyber-war saat ini banyak pasukan nasi bungkus atau apapun nama lainnya, itu tak bisa ditutupi. Jadi, pembacaan kita di Sentigram boleh jadi tidak benar-benar menggambarkan preferensi politik masyarakat di akar rumput.
Akan tetapi, Sentigram layak diapresiasi karena menawarkan satu alternatif baru bagi publik sekaligus menjadi counter terhadap berbagai survei yang kerap tidak netral dan dipesan oleh salah satu kubu. Dan yang terpenting, Sentigram tidak berpretensi menggiring opini publik.
Oh iya, bagi Kompasianer yang mau lihat sendiri dan memantau update-nya, klik aja link ini..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H