Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pulau Kakaban dan ‘Si Cantik yang Tersembunyi’

14 Januari 2016   18:23 Diperbarui: 14 Januari 2016   18:23 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Danau yang tersembunyi di tengah Pulau Kakaban"][/caption]

Datsun Risers Expedition Kalimantan Etape 1 sebentar lagi akan berakhir. Hari ini, Kamis (14/1/2016) para risers menjelajahi Pulau Kakaban yang keindahannya tak kalah dari Pulau Derawan.

 Saking nyenyaknya tidur, saya hampir saja bangun kesiangan. Jam sudah menunjukkan pukul 05.30 ketika saya membuka mata. Lekas-lekas saya sholat subuh dan langsung keluar kamar menuju beranda kamar lain yang memiliki ruang pandangan lebih terbuka ke arah matahari. Ternyata beberapa risers sudah ada lebih dulu di situ. Ya, kita semua mau melihat matahari terbit alias Sunrise. Sayangnya banyak awan di ufuk sebelah timur Pulau Derawan sehingga kami tidak bisa melihat naiknya matahari dengan jelas.

Puas melihat matahari terbit, saya langsung mandi. Sementara sebagian risers lain memilih tidak mandi karena di Pulau Kakaban mau snorkeling lagi. Setelah semua sarapan, rombongan langsung menaiki kapal menuju Pulau Kakaban. Ombak pagi tadi lumayan kencang dibanding kemarin. Bantingan di kapal terasa lebih keras. Untungnya nggak ada yang mabuk laut.

Dibutuhkan waktu 45 menit untuk menuju Pulau Kakaban dari Pulau Derawan. Sekitar jam 10.00 kapal sudah merapat ke dermaga. Pemandangannya luar biasa indah. Air lautnya jernih, hamparan pasir putih yang halus, dan pohon-pohon tinggi berdiri gagah di perbukitan yang mengelilingi pulau. Pulau Kakaban menyuguhkan keunikan alam berupa atol atau batu karang berbentuk cincin dan memiiki laguna. Proses geologis selama jutaan tahun telah membentuk danau air payau dengan airnya yang tenang di tengah Pulau Kakaban. Satu-satunya saingan Pulau Kakaban di dunia terdapat di Republik Palau kawasan Mikronesia.

Dari luar pulau, kita tidak bisa melihat langsung ke arah danau. Saya mengibaratkannya sebagai gadis cantik pemalu yang bersembunyi sehingga tidak bisa dilihat sembarang orang. Untuk menuju danau, kami harus menapaki anak tangga yang dibangun sesuai dengan kontur perbukitan. Setelah mendaki dan menurun, akhirnya terlihat danau yang luas dikelilingi hutan bakau. Teman-teman risers yang memang berniat untuk snorkeling tidak menyia-nyiakan waktu dan langsung turun ke danau tersebut. Seperti biasa, saya setia mengawal dari atas saja. Hehehe

Dari atas saja saya terkagum-kagum dengan ‘penampakan’ ubur-ubur yang berenang indah turun naik di dalam air. Berbeda dengan di tempat lain, spesies ubur-ubur di sini tidak beracun. . Teman-teman yang nyemplung terlihat asyik sekali bisa memegang langsung ubur-ubur tersebut tanpa harus takut tersengat atau gatal-gatal.

Danau Kakaban telah ditetapkan sebagai kawasan warisan dunia (World Heritage Area) pada tahun 2004 oleh UNESCO. Pulau ini benar-benar dilindungi dari pengrusakan. Bukan hanya tidak ada penginapan tetapi juga tidak ada penghuni di pulau ini. Petugas pun mengawasi dengan ketat siapa saja yang snorkeling di sini. Salah seorang penyelam tadi ada yang ditegur karena mengangkat ubur-ubur terlalu tinggi dari permukaan air.

Panitia mengalokasikan waktu dua jam untuk para riser menikmati keindahan Pulau Kakaban. Kami juga dipesankan agar tepat waktu. Dikhawatirkan air laut mulai surut sehingga kapal tidak bisa bersandar menunggu kami dermaga. Jika itu yang terjadi, maka kami harus berenang menuju kapal. Nah, karena saya paranoid maka saya bergegas turun lebih dulu bersama seorang risers lain yang juga tidak menyelam.

Melihat kondisi permukaan air di dermaga masih cukup stabil, saya mencoba turun ke pantai karena penasaran dengan pasir putihnya yang terlihat berbeda. Ternyata pasirnya memang halus sekali, setidaknya saya belum pernah menemukan pasir pantai lain yang seperti itu. Setelah itu kami langsung ke kapal. Benar saja, air mulai surut namun tidak signifikan sehingga sandaran kapal harus sedikit dimundurkan walaupun masih di area dermaga. Satu per satu risers berdatangan ke kapal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun