Minggu (26/6) besok, perebutan juara ketiga Copa America (CA) Centenario 2016 akan mempertemukan Amerika Serikat dengan Kolombia. Pertemuan keduanya mengingatkan kita pada pertandingan di ajang dan fase yang sama 21 tahun silam. Kala itu, Kolombia sukses mengandaskan AS. Mampukah AS menuntaskan dendam yang terpendam?
Sepanjang sejarah keikutsertaan di Copa America -sebagai tim undangan-- pencapaian terbaik AS adalah posisi keempat. Momen itu terjadi saat Copa America digelar di Uruguay pada tahun 1995. Di gelaran kali itu The Yanks tampil impresif hingga mampu menembus semifinal. Berhadapan dengan Brasil di babak empat besar, mereka pun cuma kalah 0-1. Reputasi mereka luluh lantak setelah pada perebutan posisi ketiga dipermalukan Kolombia 1-4. Â AS baru ikut serta lagi di Copa America pada 2007, namun langkah mereka terhenti di fase grup.
Duel melawan Kolombia juga langsung tersaji di partai pembuka CA Centenario 2016, 3 Juni lalu. Lagi-lagi AS dibuat malu. Kali ini malah lebih parah karena terjadi saat Amerika berstatus sebagai tuan rumah. Di hadapan 67.439 pasang mata penonton di Levi's Stadium, Clint Dempsey cs. harus mengakui keunggulan La Tricolor dua gol tanpa balas.
Hasil negatif di partai pembuka itu ternyata direspons secara positif oleh Juergen Klinsmann. Pelatih asal Jerman itu mengubah strategi permainan timnya, yang paling mencolok adalah perubahan formasi dari 4-3-3 menjadi 4-4-2. Dengan dua ujung tombak, daya gedor The Stars and Stripes menjadi lebih hebat. Terbukti dengan kemenangan telak 4-0 atas Kosta Rika pada laga kedua Grup A. Di partai ketiga, AS menang tipis 1-0 atas Paraguay. Â Sama-sama mengumpulkan enam poin, AS berhak keluar sebagai juara grup karena unggul selisih gol lebih banyak dibanding Kolombia. Menghadapi Ekuador di perempat final, AS kembali menang tipis 2-1. Sayangnya, di semifinal mereka dihempaskan tim kandidat juara Argentina dengan skor telak 0-4.
Sementara itu, Kolombia gagal memamerkan kestabilan performanya. Setelah menang atas AS dan diikuti kemenangan kedua atas Paraguay, Los Cafeteros malah kalah dari Kosta Rika di duel terakhir Grup A. James Rodriguez dan kawan-kawan juga harus susah payah melewati hadangan Peru di babak 8 besar. TIket ke semifinal baru mereka genggam setelah menang adu penalti 4-2. Kolombia kembali melempem saat menghadapi Chile di semifinal, sehingga harus mengakui keunggulan lawan dengan skor 0-2.
Di atas kertas, Kolombia lebih diunggulkan. Lihat saja perbandingan ranking FIFA kedua tim yang mencolok, Kolombia di peringkat 5 sedangkan AS di posisi 31. Rekor pertemuan kedua tim juga lebih memihak Los Cafeteros. Dari 18 pertemuan, 12 di antaranya dimenangkan Kolombia, 3 dimenangkan AS, dan 3 lainnya berakhir imbang. Namun, statistik tinggallah catatan saja begitu kedua tim bertemu di lapangan pada pertandingan sesungguhnya.
Klinsi juga tak ingin timnya meratapi hasil buruk di semifinal. "Tentu ada sedikit kekecewaan atas hasil pertandingan melawan Argentina, karena itu kesempatan besar bagi kami untuk lolos ke final. Tapi, Argentina malam itu memang lebih kuat. Kami sudah berbicara dengan para pemain dan staff untuk mulai fokus lagi dan menatap pertandingan di Phoenix," ujarnya.
Kekalahan di pertemuan pembuka juga tidak membuat Klinsmann pesimistis akan peluang timnya. "Kami menghadapi laga ini dengan penuh determinasi dan rasa lapar. Kami bermain dengan mereka di pertandingan pertama, belajar banyak dari duel tersebut dan sekarang kami sangat siap untuk bisa mengalahkan mereka," ucap eks pelatih timnas Jerman itu seperti dikutip espn.