Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Maksimalkan Peluang Bisnis dengan Koneksi Internet Secepat Kilat dari Oxygen.id

21 Juni 2016   17:48 Diperbarui: 21 Juni 2016   18:47 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana Nangkring bersama Oxygen.id (sumber: dokpri)

Internet dan kehidupan manusia adalah dua hal yang semakin tak bisa terpisahkan. School (2016) menyatakan bahwa dua tren yang sangat khas dari abad 21 adalah urbanisasi dan Internet of Things (IoT).

Seiring dengan tren global, penetrasi internet di Indonesia terus meningkat dan sudah menyentuh angka 34,9% dari jumlah populasi atau sebesar 88,1 juta (APJII, 2015).  Dari tahun ke tahun penetrasi internet dan proporsinya terhadap jumlah penduduk terus meningkat (lihat gambar 1). Adapun pengguna telepon seluler di Indonesia mencapai 326,3 juta atau 126% dari total populasi (We Are Social, 2016).

Gambar 1. Penetrasi Internet di Indonesia (sumber : APJII, 2014)
Gambar 1. Penetrasi Internet di Indonesia (sumber : APJII, 2014)
Gambar 2. Data Ringkas Statistik Digital Indonesia (sumber: We Are Social, 2015)
Gambar 2. Data Ringkas Statistik Digital Indonesia (sumber: We Are Social, 2015)
Harus diakui bahwa penggunaan internet di Indonesia sejauh ini lebih untuk hura-hura. Data APJII (2014) menunjukkan alasan-alasan utama orang mengakses internet antara lain sarana sosialisasi/komunikasi, sumber informasi harian, mengikuti perkembangan jaman, bersenang-senang, dan lain-lain. Pengguna yang memanfaatkan internet karena alasan sarana pendidikan hanya 29,3% dan sarana bekerja hanya 26,5% (lihat gambar 3). Wajar jika aktivitas yang paling banyak dilakukan pengguna ketika mengakses internet adalah menggunakan jejaring sosial (87,4%), browsing (68,7%) dan instant messaging (59,9%). Tidak banyak yang memanfaatkan internet untuk aktivitas yang lebih produktif  (selengkapnya lihat gambar 4).

Gambar 3. Alasan Menggunakan Internet (sumber: APJII, 2014)
Gambar 3. Alasan Menggunakan Internet (sumber: APJII, 2014)
Gambar 4. Aktivitas saat Mengakses Internet (sumber: APJII, 2014)
Gambar 4. Aktivitas saat Mengakses Internet (sumber: APJII, 2014)
Padahal, peluang untuk memanfaatkan internet dalam menghasilkan uang terbuka lebar. Yang paling sederhana misalnya dengan menjadikan internet sebagai media pemasaran produk bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Jika melihat demografi pengguna internet di Indonesia dari aspek pekerjaan, kita dapati bahwa mayoritas adalah karyawan (65%), sedangkan wirausaha hanya 27% (lihat gambar 5). Memang, beberapa tahun belakangan ini kesadaran tersebut mulai muncul dengan semakin ramainya marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, olx, Lazada, MatahariMall, dan lain-lain.

Gambar 5. Pekerjaan Pengguna Internet (sumber: APJII, 2014)
Gambar 5. Pekerjaan Pengguna Internet (sumber: APJII, 2014)
Cara tersebut efektif untuk menjaring pembeli, dalam skala jumlah dan jangkauan wilayah tertentu. Semakin besar volume penjualan dan semakin luas area yang ingin dijangkau, bahkan mungkin saja bila ingin ekspansi ke pasar global, maka pelaku UMKM tidak bisa lagi mengandalkan pemasaran melalui marketplace yang disediakan pihak ketiga. Pengusaha pada kategori ini harus mengelola sendiri pemasarannya dengan platform yang dimiliki sendiri pula. Meskipun skalanya belum terlalu besar, pengelolaan usaha Small Office Home Office (SOHO) mulai dari hulu sampai hilir ini tentu membutuhkan koneksi internet yang mumpuni.

Pelaku usaha SOHO juga tidak hanya terbatas pada yang menghasilkan produk berupa barang melainkan juga jasa. Industri kreatif yang semakin naik daun juga masuk dalam kategori usaha yang membutuhkan koneksi internet. Contoh paling keren adalah apa yang dilakukan pemuda-pemuda di Magelang yang biasa menjuarai dan mendapatkan pesanan desain dari berbagai negara. Tentu saja itu hanya bisa terjadi berkat jaringan internet yang memadai.

Masalahnya, koneksi internet di Indonesia belum bisa dibilang bagus, kalau tak ingin dibilang jelek. Keluhan sinyal lemah, lola alias ‘loading lama’, adalah hal lumrah yang biasa kita dengar dari para pengguna berbagai macam provider internet di Indonesia. Riset APJII (2014) menemukan dua faktor utama bagi pengguna dalam memilih provider internet di Indonesia adalah biaya akses (94,5%) dan kecepatan akses (91,8%). Faktor penting lain adalah jangkauan jaringan, koneksi tidak sering putus saat digunakan, bisa digunakan di mana-mana, dan lain-lain (lihat gambar 6).

Gambar 6. Faktor dalam Memilih Provider (sumber: APJII, 2014)
Gambar 6. Faktor dalam Memilih Provider (sumber: APJII, 2014)
Oxygen.id bisa menjadi solusi bagi para pelaku UMKM/SOHO yang membutuhkan koneksi internet berkecepatan tinggi. Nama Oxygen.id mungkin belum familiar bagi sebagian kalangan, termasuk saya. Kompasiana Nangkring bersama Oxygen.id dengan tema “Buka Potensi Bisnis dengan Internet 1Gbps” menjadi momentum bagi saya untuk mengenal lebih dekat penyedia jasa internet satu ini. Dalam acara yang dihelat di Cheese Cake Factory Cikini, Selasa (21/06/2016) itu sejumlah narasumber dari Oxygen.id menjelaskan secara singkat dan jelas produk yang mereka tawarkan.

Yan Arli, Manager Small & Medium Enterprise Oxygen.id menyampaikan ada beberapa sektor yang berpeluang memaksimalkan peluang dengan internet. "Advertising, business solution, messaging & communication, user generated content, online shop, education, dan small enterprise (UKM). Itu semua bisa memaksimalkan peluangnya dengan internet. Bisnis selalu berubah, bergerak sangat dinamis dan adaptif," ujar Yan kepada Kompasianer.

Lebih lanjut, Yan menjelaskan bagaimana perusahaan Internet Service Provider (ISP) membuka potensi bisnis, yang meliputi tiga aspek utama : feature, advantage dan benefit. ISP yang baik haruslah menjamin penggunanya mendapat pelayanan terbaik. "Benar nggak perusahaan ISP punya jaringan sendiri? Apakah menggunakan third party lagi? Kalau kita punya backbone sendiri. Ketika ada gangguan, nggak perlu nunggu third party untuk bisa segera mengatasi persoalan," ungkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun