Pernah dengar istilah 'loyalitas tanpa batas'? Pasti pernah dong ya. Apa iya, loyalitas harus tak berbatas?
Loyalitas menurut KBBI artinya kepatuhan; kesetiaan. Kalau kepatuhan kepada Tuhan, jelas mutlak tidak berbatas. Ketika kita ingin dikategorikan hamba yang bertaqwa, kita harus menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Tidak bisa ditawar.
Bagaimana kalau loyalitas ke sesama manusia, katakalah kepada atasan? Saya pribadi memilih untuk memberi batasan pada loyalitas. Apalagi saya tidak bekerja di instansi militer yang menganut prinsip garis komando.
Lantas, apa batasannya? Loyalitas saya dibatasi pada profesionalitas. Jadi saya tidak menempatkan kesetiaan saya kepada personal pimpinan, tetapi kepada institusi tempat saya bekerja. Pimpinan di sini mulai dari yang 'es melon' sampai pucuk tertinggi ya.
Boleh jadi gegara ini sempat ada yang ngrasani saya tidak loyal. Walaupun itu dibantah oleh atasan langsung saya. Ya, karena beliau yang tau betul bagaimana sikap saya sehari-hari.
Loyalitas saya memang dibatasi profesionalitas, tapi bukan berarti saya juga tidak punya hubungan personal yang baik dengan atasan-atasan saya. Sampai hari ini saya masih menjalin relasi yang cukup dekat dengan beberapa mantan atasan.
Bagaimana kalau dengan gubernur, orang nomor satu di kantor saya? Tidak jauh berbeda. Sejak pertama kali jadi PNS pada 2010, saya bertugas di Balai Kota. Bisa dibilang dekat dengan lingkaran kekuasaan. Namun, saya sama sekali tidak tertarik memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Saya berusaha untuk menjaga jarak, sehingga bisa tetap obyektif.
Pada dasarnya saya adalah orang yang kritis terhadap berbagai hal, khususnya terkait dengan kebijakan publik di Jakarta. Hal itu berangkat dari kecintaan yang sangat besar terhadap kota ini.Â
Buat saya, bekerja sebagai ASN Pemprov DKI Jakarta bukan sekadar menggugurkan kewajiban, menerima hak (baca: gaji), lalu selesai.Â