Kemarin, tanggal 14 Januari tepat setahun saya menjalani amanah sebagai Kepala Seksi Komunikasi dan Informasi Publik di Suku Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Jakarta Pusat. Ribet ya nomenklaturnya? Gampangnya, sebut saja Humas Pemkot Jakpus.
Sembilan dari sebelas tahun saya berkarier di Pemprov DKI Jakarta saya habiskan di Balai Kota. Tiga bulan terakhir di 2019 saya menjalani peran baru di kelurahan. Sejujurnya, saya sedang menikmati periode itu. Melayani warga membuat saya merasakan benar-benar menjadi pelayan publik. Maklum saja, selama di Balai Kota tugas saya adalah 'melayani pimpinan'.
Namun, sebagai abdi negara sejak awal kami sudah berikrar untuk siap ditempatkan di mana saja. Maka, ketika diamanahi tugas baru dengan segera saya harus beradaptasi. Tidak bisa dibilang mudah, tapi juga tidak terlalu sulit.Â
Latar belakang pendidikan saya bukan ilmu komunikasi, melainkan ilmu pemerintahan. Untungnya, sebelum jadi bagian korps berseragam cokelat/khaki saya pernah punya pengalaman menjadi jurnalis. Meski cuma sebentar (sekitar setahun), lumayan lah. Bisa jadi sedikit modal.Â
Yang jadi persoalan lebih pada karakter personal saya. Kalau menggunakan dikotomi kepribadian, saya cenderung mengarah pada introver. Istilah kepribadian introvert, pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Carl Jung pada tahun 1960an. Jung menyebutkan, secara garis besar, kepribadian manusia bisa dibagi menjadi dua, yaitu introvert dan extrovert.
Seperti apa sih ciri orang introver? Artikel di Kompas.com pernah mengulasnya, berikut saya salin di sini:
- Merasa berkumpul dengan banyak orang menguras energi
- Senang dengan kesendirian
- Lingkaran pertemanan dekatnya tidak terlalu besar
- Sering dianggap pendiam oleh orang lain
- Terlalu banyak stimulasi membuat terdistraksi
- Sangat sadar akan sikap dan perbuatan diri sendiri
- Lebih memilih profesi yang menawarkan kebebasan
- Lebih senang mempelajari sesuatu secara virtual
- Ide-ide cemerlang muncul saat sendiri
- Tidak harus mengetahui tren terbaru
- Sering terlihat bengong
- Sering dimintai pendapat oleh orang lain
- Tidak terlalu suka mengambil risiko
- Lebih senang menyampaikan pendapat dengan tulisan
- Memiliki pikiran yang lebih aktif
Dari 15 ciri tersebut, ada beberapa yang pas saya baca merasa "wah gue banget nih". Hehe
Sementara itu, sebagai seorang humas, saya dituntut untuk lebih 'terbuka'. Apa tidak tersiksa menjalaninya? Syukur alhamdulillah tidak sama sekali. Sejauh ini saya bisa bekerja dengan lancar dan kesehatan (terutama mental) masih dapat dikatakan terjaga dengan baik.
Tantangannya tidak mudah. Tetapi toh saya tidak bekerja sendiri. Saya bersyukur dibantu tim yang hebat, baik ASN maupun non-ASN. Kami bersama-sama melaksanakan tugas dan mencoba sejumlah inovasi.
Nah, buat Kompasianer yang juga merasa dirinya introver tetapi 'terjebak' di lapangan pekerjaan yang kalian anggap tidak sesuai, jangan menyerah yaa. Ada sedikit tips dari saya.
Pertama, cepat pelajari situasi dan tuntutan pekerjaan kamu. Seorang introver cenderung butuh waktu adaptasi lebih lama. Tapi jangan jadikan itu sebagai afirmasi kamu untuk lamban beradaptasi.