Mengawali tahun baru, Koran Tempo mencoba peruntungan baru. Meski mengusung kata koran sebagai namanya, Koran Tempo kini bukan lagi koran.
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), koran adalah lembaran-lembaran kertas bertuliskan kabar (berita) dan sebagainya, terbagi dalam kolom-kolom (8--9 kolom), terbit setiap hari atau secara periodik; surat kabar; harian.
Sedangkan Koran Tempo kini -per 1 Januari 2021--beralih ke platform digital. Sebelumnya platform digital Koran Tempo juga sudah ada sebagai komplementer, kini mensubstitusi.
Manajemen Tempo menyatakan, keputusan ini diambil setelah melalui pertimbangan matang. Antara lain, karena tren pembaca platform digital yang memang meningkat dibanding versi cetak.
Saya sendiri bukan pembaca setia Koran Tempo, walau saya menyukai ukurannya yang pas di tangan. Hanya sesekali saya membeli koran cetaknya.Â
Ya boleh jadi, saya pun termasuk generasi yang mematikan media cetak karena lebih suka baca berita melalui gawai.
Dalam lima tahun ke belakang, banyak media bertumbangan, terutama media mingguan atau bulanan. Termasuk media-media yang reputasinya mentereng di zamannya. Sebut saja Bola, Hai, Kawanku, Soccer, dan banyak lainnya.
Kalau tabloid dan majalah sudah lebih awal berguguran, tantangan berat kini dihadapi media harian. Setelah Koran Tempo, bukan tak lain akan disusul nama-nama lainnya.Â
Ada yang menggelitik ketika beberapa hari lalu saya dan istri sedang ngobrol, anak kedua saya (usia 4,5 tahun) ikutan nimbrung. Dia bertanya, "koran itu apaan sih?".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H