Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pastikan Asuransi Anda Aman dengan Allianz Payor Benefit

2 Januari 2019   20:14 Diperbarui: 3 Januari 2019   12:13 3316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Agustus 2017 saya sempat dirawat delapan hari di rumah sakit. Selama enam hari pertama di RS, plus delapan hari sebelumnya di rumah saya kerap mengalami demam tinggi. Ajaibnya, semua hasil pemeriksaan menunjukkan negatif. Saya tidak terkena DBD, tifus, hepatitis, TB dan lain-lain.

Hingga akhirnya demam mereda dan dibolehkan pulang, dokter tidak bisa memberi diagnosa pasti apa penyebabnya. Saya sebetulnya penasaran juga. Namun, lebih baik disyukuri dan mengambil hikmahnya. Boleh jadi saya kelelahan fisik dan psikis.

Kebetulan waktu itu memang sedang banyak pekerjaan dengan ritme yang cukup tinggi. Salahnya saya, di saat "alarm" tubuh mengingatkan ada yang tidak beres (baca: sering demam), saya tidak lekas-lekas mengambil rehat.

Penyakit asam lambung (GERD) saya juga turut berpengaruh terhadap kesehatan secara keseluruhan. Walaupun saya sudah berusaha menjaga pantangan makanan, tapi saat tingkat stres meningkat pasti penyakit ini akan kambuh.

Sejak pengalaman tidak menyenangkan itu saya menjadi lebih peduli pada kesehatan. Salah satu usahanya adalah dengan rutin berolahraga. Konon olahraga sangat bermanfaat dalam mengurangi stres. Terus terang sebelumnya saya malas olahraga. Malah bisa dibilang jarang bergerak.

Perkembangan teknologi yang amat pesat tak bisa dipungkiri berpengaruh terhadap perubahan perilaku dan gaya hidup. Ponsel pintar jadi barang andalan untuk semua kebutuhan. Mau bepergian ada aplikasi transportasi daring. Mau makanan tertentu, tinggal pesan dari gawai.

Di satu sisi, berbagai kemudahan ini menyenangkan. Tapi, jangan terlena karena ada potensi gangguan kesehatan akibat perubahan gaya hidup. Apalagi bagi pekerja kantoran yang jarang bergerak karena selalu di balik meja.

Dalam 30 tahun terakhir, di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit atau biasa disebut transisi epidemiologi. Pada dekade 1990-an, penyebab kematian terbesar adalah penyakit menular seperti TBC, infeksi saluran pernapasan atas, diare, dll. Situasinya berubah sejak sekitar tahun 2010, di mana penyebab kematian terbesar justru dari Penyakit Tidak Menular (PTM).

Gaya hidup turut memengaruhi penyakit degeneratif semakin meningkat. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk.

Beberapa penyakit degeneratif di antaranya adalah diabetes melitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, obesitas, dislipidemia, hipertensi, penyakit jantung, asam urat dan sebagainya.

Penurunan fungsi sel tubuh tidak melulu terjadi karena usia yang sudah lanjut. Kalangan muda juga rentan terhadap penyakit degeneratif, khususnya yang pola hidupnya tidak sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun