Kurang dari 100 hari lagi Asian Games ke-18 akan dibuka. Sayangnya, gaung penyelenggaraan AG 2018 kurang terasa. Padahal, Asian Games adalah sports multievent terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade.
Presiden Joko Widodo beberapa kali mengeluhkan hal tersebut, baik secara tertutup kepada jajarannya maupun melalui pernyataan kepada publik. Rapat kabinet terbatas pun digelar khusus membahas soal Asian Games awal bulan ini. INASGOC selaku panitia lokal tidak berdiam diri.
Dari beberapa kali interaksi dengan sejumlah rekan di sana, saya tahu betul INASGOC bekerja keras menggalakkan sosialisasi dan publikasi. Pun demikian dengan pemerintah daerah, berupaya maksimal memanfaatkan semua kanal informasi untuk mensosialiasikan Asian Games.
Akhir pekan kemarin (Minggu 13 Mei 201), acara besar bertajuk Parade Asian Games diselenggarakan di dua kota, Jakarta dan Palembang. Untuk di Jakarta, Parade berlangsung meriah di arena Car Free Day. Parade diikuti tak kurang dari 5.000 orang. Hanya saja, pemberitaan event tersebut tertutup dengan adanya tragedi bom yang mengguncang kota Surabaya.
INASGOC dan pemerintah daerah sudah melakukan segenap upaya, tapi memang hasilnya masih jauh panggang dari api. Jangankan di daerah pelosok, warga Jakarta saja kurang aware dengan hajatan besar yang akan digelar di ibukota. Apa itu Asian Games pun sepertinya belum terlalu dipahami, bahkan oleh jajaran pegawai Pemprov DKI Jakarta.
Tidak sekali dua kali saya mendapati pegawai (termasuk pejabat) salah menyebut Asian Games dengan SEA Games atau ASEAN Games. Sekilas memang mirip, padahal dua event ini jauh beda kelasnya. Asian Games merujuk pada pesta olahraga benua Asia (lebih dari 40 negara), sedangkan SEA Games hanya untuk level kawasan ASEAN alias Asia Tenggara (11 negara). FYI, ASEAN adalah akronim dari Association of Southeast Asia Nation atau asosiasi negara-negara Asia Tenggara.
Boleh jadi karena SEA Games memang lebih familiar bagi sebagian dari kita. Setidaknya kita sudah empat kali menjadi tuan rumah SEA Games (1979, 1987, 1997 dan 2011). Prestasi Indonesia di SEA Games juga terbilang mentereng. Kita 10 kali jadi juara dari total 29 kali penyelenggaraan.
Bandingkan dengan Asian Games, sampai edisi ke-17, baru sekali Indonesia kebagian jadi tuan rumah yaitu AG ke-IV pada tahun 1962. Itu artinya sudah 56 tahun lalu. Jangankan generasi millenial, bahkan baby boomers pun mungkin belum lahir pada saat Jakarta menjadi host AG 1962.
Ketika khalayak kurang paham soal Asian Games, saya masih maklum. Tapi, hari ini saya sungguh terkejut karena mendapati surat berkop instansi pemerintah pusat yang salah menyebut ASIAN GAMES menjadi ASEAN GAMES. Boooom!
Ternyata separah itu ketidaktahuan soal Asian Games. Waktu tersisa tiga bulan ke depan harus all out untuk memperkenalkan sekaligus mengamplifikasi Asian Games. Ukuran sederhananya adalah ketika lini masa media sosial semakin ramai dengan posting tentang Asian Games. Lebih keren lagi kalau bisa menjadi trending topic. Tantangan pertama adalah publik tahu dulu apa itu Asian Games, apa bedanya dengan SEA Games, dan bukan ASEAN Games.Â