Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Industri Kreatif, Digital dan Perfilman dalam Pandangan Tiga Cagub Jakarta

17 Januari 2017   09:06 Diperbarui: 17 Januari 2017   09:36 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga calon gubernur Jakarta mendapat panggung untuk berdialog langsung dengan para pelaku industri kreatif dalam acara “Kumpul Masyarakat Kreatif, Digital dan Perfilman”, pada Sabtu (14/01/2017) kemarin di Soehana Hall, The Energy Building SCBD. Acara ini digagas oleh Bukalapak.com dengan dukungan dari Selasar dan Parfi56. Sejumlah artis, produser, CEO Startup dan pelaku industri kreatif hadir dalam acara ini.

Hanya berselang sehari dengan debat resmi KPU, acara ini seperti kurang mendapat perhatian. Namun, harus diakui bahwa acara Sabtu malam itu tak kalah keren kalau tak mau dibilang lebih ciamik. Mengapa? Walaupun tidak ada perdebatan antar kandidat –karena setiap cagub mendapat porsi tampil sendiri-sendiri—acara ini berhasil mengelaborasi lebih banyak hal, tentunya dalam konteks industri kreatif, digital dan perfilman. Waktu yang diberikan relatif longgar, yaitu 15 menit untuk pemaparan dari setiap kandidat, dan 30 menit tanya jawab langsung dengan audiens.

Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Parfi 56, Marcella Zalianty. Dalam sambutannya, Marcella menekankan bahwa di era digital ini ditandai dengan hilangnya demarkasi konvensional alias borderless. Menurut Marcella, warga Jakarta berhak mendapat informasi sebanyak-banyaknya soal siapa yang akan dipilih di pilkada nanti.

Sambutan berikutnya oleh sohibul hajat, CEO Bukalapak, Ahmad Zaky. Dengan singkat ia menyampaikan mengapa Bukalapak.com seolah ‘ikut-ikutan’ di urusan politik. Menurut Zaky, Bukalapak memang bukan sekadar marketplace saja tetapi membawa visi untuk berkontribusi terhadap pengembangan sektor UMKM. Oleh karena itu, Zaky meyakini perlu ada sinergi antara Bukalapak dan pelaku industri lainnya dengan pemerintah.

“Bukalapak memang berbeda dengan perusahaan biasa yang cenderung menghindari isu publik. Kami justru ingin menjadi bagian dari perubahan,” kata Zaky.

Basuki Tjahaja Purnama

Suasana meriah saat Prabu Revolusi dan Melissa Karim akhirnya memberikan kesempatan pertama kepada calon gubernur nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama yang memang sudah datang sebelum acara dibuka. Tidak buang-buang waktu, Ahok langsung nyerocos momong soal industri kreatif, digital dan perfilman.

Harus diakui Ahok paham betul dengan isu ini. Beberapa yang ia sampaikan di antaranya adalah soal pembangunan co working space, cashless transaction untuk mencegah korupsi, sampai dengan izin yang ia berikan untuk pemutaran film-film nasional di gedung pemerintah daerah (Balai Kota, Kantor Wali Kota, kecamatan dan kelurahan). “B‎icara soal perfilman kreatif, kami punya cita-cita Kota Tua dan IKJ (Institut Kesenian Jakarta) itu punya bioskop-bioskop kecil untuk putar film indie,” kata Ahok.

Saat ditanya tentang keberpihakan pada pelaku usaha lokal oleh Diajeng Lestari, CEO Hijup, Ahok menceritakan soal pusat co working space khusus fashion yang sedang dibangun Pemprov DKI Jakarta. Berlokasi di kawasan Waduk Melati, Ahok berharap tempat tersebut bisa dimanfaatkan oleh para fashion designer yang memiliki keterbatasan modal dan peralatan untuk mengembangkan usahanya. Ahok juga menekankan bahwa yang ia sampaikan bukan sekadar rencana, karena sebagian besar sudah dilakukan dan ada yang on progress. Di akhir sesi, gubernur petahana itu diminta untuk memberikan persembahan kepada audiensi. Ia pun lantas membacakan puisi karya Gus Mus.

Anies Baswedan

Tuntas 50 menit waktu yang diberikan kepada Basuki, ia bergegas meninggalkan lokasi acara. Ahok sempat berpapasan dan bertegur sapa dengan Anies Baswedan. Tanpa buang waktu, setelah mendengar aturan main yang dibacakan Prabu dan Melisa, Anies mengambil tempat di panggung. Anies tidak langsung bicara soal industri kreatif, digital dan perfilman. Ia memilih untuk menjelaskan dulu apa yang ia tawarkan, yaitu pendekatan kepemimpinan yang berbeda yaitu movement based leadership.

Anies dan Sandi menawarkan kepemimpinan yang menggerakkan. Seorang gubernur, di mata Anies tidak bisa merasa paling tahu segalanya. Publik pun harus diedukasi untuk tidak selalu menuntut solusi dari seorang gubernur. Sementara Anies kalau terpilih sebagai gubernur justru akan membuka ruang seluas-luasnya bagi semua pihak termasuk pelaku usaha dan masyarakat untuk ambil bagian. “Kalau bisa dianalogikan, kami tidak akan menjadi seperti ensiklopedia Britanica tapi lebih seperti Wikipedia,” kata Anies.

Anies di Sesi 2 (foto: dokpri)
Anies di Sesi 2 (foto: dokpri)
Mantan rektor Paramadina ini juga menjelaskan empat level kebijakan publik. “Pertama, sosialisasi, ini yang paling umum. Pemerintah punya kebijakan, warga disosialisasikan. Kedua, konsultasi, saya tanya dulu ke warga tentang kebijakan yang mau dibuat. Ketiga, partisipasi, warga diajak tapi pemerintah yang memutuskan. Keempat, kolaborasi, kita buat kebijakan sama-sama. Nah, ini yang belum pernah ada dan akan kami lakukan, kolaborasi,” ujar Anies.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun