Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Salah Kaprah Peraturan Uang Operasional RT dan Penggunaan Aplikasi Qlue

31 Mei 2016   11:14 Diperbarui: 31 Mei 2016   19:17 2660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi Qlue. Qlue.co.id

Mengapa stimulus? Ya uang Rp. 900 ribu per bulan memang tidak akan cukup untuk kerja bakti sewilayah RT, tapi setidaknya bisa digunakan untuk mendorong keswadayaan warga untuk turut ambil bagian. Selain untuk kerja bakti, mungkin bisa untuk membantu kebutuhan Posyandu, Karang Taruna, dan kebutuhan warga lainnya. Sayangnya tidak seperti itu yang terjadi.

Untuk bisa memastikan penggunaan uang operasional RT/RW untuk kebutuhan warga, seharusnya gubernur bisa menduplikasi kebijakannya soal uang reses DPRD. Tidak ada lagi pemberian dalam bentuk uang tunai, melainkan langsung dibelanjakan kebutuhan anggota dewan selama reses oleh Sekretariat Dewan. 

Dengan pola seperti ini, maka kelurahan yang akan memberikan misalnya snack rapat RT/RW, snack kerja bakti, ATK RT/RW dan sebagainya. Kalau mau ekstrim, hentikan sekalian pemberian uang operasional. Walaupun risiko politisnya terlalu besar bagi gubernur.

Mewajibkan RT/RW mengirimkan laporan di Qlue justru menambah sesat pikir baru lagi. Kehadiran Qlue sejatinya adalah untuk menumbuhkembangkan partisipasi dan keterlibatan warga (civic engagement). Partisipasi idealnya tumbuh dari warga itu sendiri, karena kalau ada instrumen yang digunakan oleh pemerintah itu namanya mobilisasi.  

Mengaitkan laporan di Qlue dengan uang operasional justru semakin membuat hubungan yang transaksional antara Pemprov DKI Jakarta dengan RT/RW sebagai representasi warga.

“Kemarin sih kita sudah sosialisasi itu, tapi memang tanggapannya kurang baik dari tokoh masyarakat RT/RW-nya, mungkin itu karena satu laporan Rp.10.000, yang kayak gitu mungkin bikin mereka agak sensitif. Sedangkan di sini kan menengah ke atas ya,” ungkap salah seorang lurah di wilayah Jakarta Selatan saat saya temui beberapa waktu lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun