Tepat pada tanggal 1 Februari 2016, saya mendapat 'surat cinta' dari admin Kompasiana. Intinya dikatakan kalau saya diberikan verifikasi biru. Tapi kok, sampai hari ini warna hijau masih melekat ya di tulisan verifikasi pada halaman profil Kompasiana saya?
[caption caption="Screen capture akun Kompasiana saya"][/caption]Awalnya saya tidak terlalu hirau soal warna verifikasi biru ini. Selama ini saya menikmati saja status sebagai Kompasianer dengan verifikasi hijau. Dibanding rekan-rekan Kompasianer yang lain memang saya tidak terlalu aktif. Meski cukup sering ikutan acara offline seperti Nangkring, saya justru kurang aktif di ranah online. Jumlah artikel saya, termasuk artikel ini, baru mencapai 227. Saya juga tidak sering membalas komentar-komentar yang mampir di tulisan saya, apalagi di tulisan teman-teman Kompasianer lain. Bukannya saya tidak suka berinteraksi, tetapi karena saya hanya membuka Kompasiana menggunakan laptop pada saat menulis artikel. Selebihnya saya membuka dengan ponsel, yang bagi saya agak ribet jika harus menulis komentar melalui gawai tersebut.
Nah, ketika admin mengirim soal verifikasi biru itu saya jadi mulai tertarik. Saya pun mulai mencari tahu, mengapa sih ada pembedaan verifikasi. Berdasarkan artikel admin soal ini dijelaskan sebagai berikut, "Kompasianer yang mendapatkan tanda Verifikasi Biru adalah mereka yang artikel-artikelnya tidak diragukan lagi isinya. Bukan hanya karena keaktifannya dalam menulis di satu bidang atau tema, tapi juga semangatnya dalam menyuguhkan artikel berkualitas kepada para pembaca.Walhasil, setiap kali si Kompasianer menayangkan artikel baru, pembaca langsung mengingatnya sebagai blogger yang memiliki perhatian pada bidang tertentu atau Kompasianer yang konsisten dalam berbagi hal-hal positif, menarik dan bermanfaat lewat artikel dan ragam konten lainnya."
Terus terang saya jadi merasa senang dengan disematkannya verifikasi biru setelah membaca keterangan itu. Dari yang tadinya sekadar memanfaatkan waktu luang dan hobi menulis di Kompasiana, sekarang saya sadar kalau Kompasiana sesungguhnya bisa dijadikan media pembentukan personal branding. Siapa tau tahun depan atau di lain waktu saya ditakdirkan menantang Ahok (atau siapapun gubernur selanjutnya) di Pilkada DKI Jakarta. Hehehe.. Reputasi dan rekam jejak serta riwayat pemikiran saya akan tersimpan rapi di Kompasiana, sehingga siapapun yang membutuhkan referensi tentang saya bisa mendapatkannya dengan mudah.
Sekarang saya cuma bisa menunggu klarifikasi admin atas 'verifikasi bunglon' saya ini, jadi sebenarnya hijau atau biru? Oh iya, saya juga sudah unggah scan KTP (lagi, karena seingat saya dulu juga sudah pernah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H