Jaringan air perpipaan tidak mengambil air tanah sebagai air bakunya. Aetra sebagai salah satu operator air perpipaan di Jakarta, menggunakan sumber air baku yang berasal dari Waduk Jatiluhur yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II (PJT II), yang dialirkan ke Jakarta melalui saluran terbuka Kanal Tarum Barat (Kali Malang).[3]
Salah satu tantangan untuk menggunakan air bersih perpipaan terkadang adalah anggapan sebagian masyarakat akan keamanan dan kesehatan air tersebut. Apalagi kita tahu di sepanjang aliran sungai itu, masyarakat seringkali membuang sampah di sungai, sehingga air baku tercemar.
Jangan takut, berdasarkan penjelasan di situs resmi Aetra kita bisa mendapatkan gambaran bagaimana proses produksi air bersih sebelum didistribusikan ke pelanggan. Setelah sampai di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Aetra di Jakarta, air baku masuk ke dalam saringan kasar dan halus sebagai proses awal pembersihan sampah.
Air melalui proses flokulasi dan sedimentasi dimana kotoran yang ersisa di dalam air akan membentuk flok dan mengendap menjadi Lumpur di dalam kolam sedimentasi. Dalam perjalanan menuju bak penampungan air bersih (reservoir), air akan kembali disaring dan diberi Klorin untuk membunuh kuman, sehingga air menjadi bersih. Klorin yang dibubuhkan sebelumnya berfungsi untuk membunuh kuman, kemudian disalurkan ke rumah-rumah pelanggan dan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.[4]
- IPA Buaran I (Kapasitas 2.500 liter/detik)
- IPA Buaran II (Kapasitas 2.500 liter/detik)
- IPA Pulo Gadung (Kapasitas 4.000 liter/detik)
Penggunaan air bersih perpipaan sendiri belum bebas masalah, mulai dari kebocoran pipa jaringan, pencurian air hingga keterbatasan jangkauan serta aksesibilitas masyarakat. Berbagai kekurangan itu menjadi pekerjaan rumah bagi Aetra selaku operator serta Pemprov DKI Jakarta sebagai regulator untuk memenuhi ekspektasi masyarakat ibukota.
Sejujurnya, di rumah saya pun masih menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bukannya tidak mau menggunakan air bersih perpipaan, tetapi memang jaringannya belum sampai ke kawasan di mana saya tinggal. Meski begitu, dengan kesadaran bahwa kelestarian lingkungan harus dijaga, saya berusaha sebisa mungkin untuk menghemat penggunaan air.
Di internet sudah banyak tips bagaimana caranya menghemat air. Tinggal bagaimana niat dan tindakan nyata kita saja untuk menerapkannya. Bukan cuma pada saat di rumah, tetapi juga ketika menggunakan fasilitas umum di mall, perkantoran, apartemen atau hotel(misal: ke toilet, berwudhu, dll).
Mengutip tausiyah yang biasa disampaikan KH. Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym), mari kita lakukan dengan 3M : mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai sekarang juga. Ingat, keberlanjutan kota Jakarta untuk anak dan cucu kelak turut dipengaruhi perilaku kita saat ini.