Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

All England Sudah, Towi/Butet Menatap Olimpiade

13 Maret 2012   02:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:09 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penantian panjang selama sembilan tahun usai sudah. Akhirnya ada lagi pebulutangkis Indonesia yang sukses meraih juara di All England. Adalah pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir yang mengakhiri puasa gelar tersebut. Pasangan ini merengkuh trofi juara setelah menang atas Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl, 21-17, 21-19.

[caption id="attachment_168215" align="aligncenter" width="610" caption="Towi/Butet Merengkuh Trofi All England"][/caption]

Terakhir kali pebulutangkis Indonesia merebut gelar juara All Enland terjadi pada 2003. Kala itu, ganda putra Chandra Wijaya/Sigit Budiarto berjaya setelah mengalahkan Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung. Di nomor ganda campuran sendiri, puasa gelar sudah terjadi lebih lama lagi. Tepatnya sejak Christian Hadinata/Imelda Wiguna menjuarai All England pada 1979, atau 33 tahun silam.

Tidak heran jika keberhasilan Tontowi/Lilyana ini menghadirkan kebahagiaan luar biasa, bukan hanya bagi mereka berdua, tapi juga untuk semua penggemar olahraga tepok bulu di tanah air. "Koh Christ (Christian Hadinata) pernah mengatakan bahwa ia berharap saya dan Tontowi dapat membawa kembali gelar yang ia raih bersama Imelda Wiguna pada 33 tahun lalu. Kali ini gelar tersebut bisa kembali, saya dan Tontowi merasa senang sekali mampu memberikan yang terbaik untuk Indonesia" kata Liliyana usai pertandingan seperti dikutip dari situs resmi PB PBSI.

Hasil ini sekaligus memupus penasaran Butet, sapaan akrab Lilyana. Maklum saja, sebelumnya ia sudah dua kali berhasil menembus final All England, yakni pada 2008 dan 2010. Pada kedua kesempatan tersebut ia berpasangan dengan Nova Widianto, dan harus mengakui keunggulan pasangan China walaupun pertandingan selalu berjalan tiga ketat.

Pada 2008, Nova/Butet kalah dari Zheng Bo/Gao Ling (China) lewat permainan tiga set, 21-18, 14-21, 9-21. Dua tahun berselang giliran Zhang Nan/Zhao Yunlei (China) yang memupus asa mereka, setelah melalui perjuangan berat dalam laga yang berkesudahan 18-21, 25-23, 18-21.

Tahun lalu, seiring dengan semakin bertambahnya usia Nova, PBSI mengambil keputusan berisiko dengan ‘menceraikan’ pasangan ini. Butet yang saat itu berusia 26 tahun dipasangkan dengan Tontowi Ahmad (25 tahun). Meski Tontowi kalah jauh dari segi pengalaman, tapi hal tersebut bisa tertutup dengan kematangan Butet. Perlahan tapi pasti pasangan ini mulai menunjukkan harapan.

[caption id="attachment_168216" align="aligncenter" width="300" caption="Tontowi dan Lilyana Saling Mengisi"]

13316059182133404144
13316059182133404144
[/caption] Sepanjang 2011, mereka berhasil menjuarai India Super Series, Malaysia GP Gold, Singapura Super Series, runner up Indonesia Super Series, juara Sea Games, dan juara Makau Open. Puncaknya tentu saja gelar All England 2012, Minggu (11/3) kemarin.

Kans Emas di London?

Bulutangkis sejauh ini masih merupakan satu-satunya cabang olahraga yang bisa diharapkan menyumbang medali emas di Olimpiade. Setidaknya itu ditunjukkan dengan pencapaian para atlet bulutangkis kita di ajang multievent paling bergengsi itu.

Sejak Olimpade Barcelona 1992, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya selalu terdengar dan Sang Merah Putih berkibar di arena. Adalah para atlet bulutangkis kita yang bisa memberikan kebanggaan tersebut. Diawali oleh Alan Budikusuma dan Susy Susanti (pada Barcelona 1992), dilanjutkan Ricky Subagja/Rexy Mainaky (Atlanta 1996), Chandra Wijaya/Tony Gunawan (Sidney 2000), Taufik Hidayat (Athena 2004) dan Markis Kido/Hendra Setiawan (Beijing 2008).

Akankah tradisi itu dilanjutkan di Olimpiade London 2012? Kita semua pasti berharap demikian. Meski perjuangan memang tidak akan mudah, peluang itu tidak benar-benar tertutup. Jika acuannya adalah pencapaian para atlet Cipayung dalam beberapa tahun ke belakang, sulit rasanya untuk optimis. Tapi, motivasi mereka biasanya akan berlipat ganda saat bertanding di Olimpiade.

Tanpa bermaksud meremehkan pemain lain, sejujurnya kans terbesar ada pada Tontowi/Lilyana. Permainan mereka semakin konsisten dengan grafik raihan prestasi yang juga mulai menanjak. Jika sedang on fire, sulit bagi lawan untuk menghentikan langkah mereka. [caption id="attachment_168218" align="alignright" width="300" caption="Semakin kompak"]

13316059651697612535
13316059651697612535
[/caption]

Masih ada waktu sekitar lima bulan lagi sebelum penyelenggaraan event akbar tersebut. Sepertinya, Tontowi/Lilyana tidak akan kesulitan meraih tiket untuk bisa tampil di London. Yang harus dipikirkan justru bagaimana menjaga grafik permainan mereka agar terus menanjak, dan mencapai peak performance tepat pada saat Olimpiade berlangsung. Para pelatih dan pengurus PBSI tentu tahu apa yang harus dilakukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun