Mohon tunggu...
shendy amalia
shendy amalia Mohon Tunggu... -

ga neko-neko, suka ngepit, hobi nyulap daster jadi lap;)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Editor Prigel

12 Januari 2012   07:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:59 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat tren perbukuan saat ini, saya benar-benar terhenyak. Hmm, tren yang tercipta benar-benar di luar dugaan. Ada penerbit yang benar-benar beruntung dalam menginvestasikan modal sehingga memperoleh oplag yang fantastis. Ada pula penerbit yang terbanting-banting dalam urusan harga dan berakhir pada Yusuf Agency (tau kan, ini yang paling dicari saat pameran buku). Mau tidak mau kita harus mengakui keberhasilan tersebut datang dari proses book making yang luar biasa dan melibatkan peran editor di dalamnya. Tentu saja dengan tidak menisbikan peran unsur yang lain.

First keys on writing is to write. Not to think!. Kunci pertama menulis adalah menulis. Bukan berfikir. Demikian ucap William Forster di depan Jamal Wallace dalam film “finding Forrester”.

Apa ya padanan prigel dalam bahasa Indonesia?
Bisa dikata prigel dalam bahasa jawa berarti kemampuan yang komprehensif dan merujuk pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (ah, jadi inget kuliah pendidikan jaman dulu).

Lantas apa hubungannya dengan editor? hmm..intim sekali dong.
Dunia penerbitan buku merupakan dunia gagasan. Bisnis penerbitan buku merupakan bisnis rumit karena menggunakan insting lebih untuk dapat menghasilkan produk buku pro-pasar. Dalam asumsi bidang keredaksian, sebuah penerbit yang berorientasi pasar selalu berkeyakinan bahwa instrumen pemasaran yang utama adalah bukunya itu.

Pengertiannya, editor sebagai peramu buku harus mampu menghasilkan buku yang memang berkualitas, judul yang impresif, tampilannya menarik, dan tema yang sesuai dengan kebutuhan pembaca. Nah, dengan tuntutan seperti itu seorang editor tidak hanya berurusan dengan titik koma saja namun harus bisa mengasah insting untuk melejitkan oplag. Maksud saya, sang editor harus prigel memilah naskah yang masuk bahkan mencari sendiri naskah yang kira-kira akan melejit. Karena industri penerbitan adalah bisnis gagasan dan sialnya gagasan iru amat bergantung pada SDM, maka kelihaian editor amat dibutuhkan. Nah, prigel itu maksudnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun