Cerita pahit melanda di kehidupanku. Ternyata kelas 3 SMA tidak semudah yang kubayangkan.
Nilaiku terpelosok jauh ketika pembagian rapot tengah semester. Sungguh hati ini sangat teriris,
melihat peringkatku adalah 37 dari 40 siswa.
Pikiran ini semakin tak terkendali karena merasa beban yang kupikul cukup berat.
Keinginanku ingin diterima di universitas ternama dengan program sarjana reguler.
Aku ingin sekali membahagiakan orang tuaku. Melihat nilai tersebut, rasanya sia-
sia saja untuk mencapai keinginanku. Ditambah aku merasa iri dengan teman yang
ikut try out di berbagai lembaga, mendapatkan kemudahan cara belajar cepat di
bimbel, dan merasa lebih bisa ketika di sekolah.
Rasa optimis itu masih ada, dengan inisiatif aku membeli buku soal di toko buku.
Aku mengerjakan setiap pulang sekolah hingga jam sembilan malam. Berbekal pembahasan
yang ada di buku kupelajari hingga mengerti.
Ujian mandiri seleksi perguruan tinggi yang kuincar tiba. Aku sangat tidak yakin
dengan jawaban yang kupilih. Waktu terus berlalu, karena sudah usaha maka yang
kupikirkan pasrah.
PENGUMUMAN tiba.
Aaaaak tidak sabar dan sangat gugup. Hari itu hari Sabtu, sehabis
sholat subuh aku berdoa sangat khusyuk. Perlahan kubukan pengumuman, “Mohon maaf
anda gagal dalam seleksi perguruan tinggi”. Sedih, tersayat, campur semua rasa itu.
Mencoba berlega hati, masih ada ujian seluruh provinsi.
Aku tetap giat belajar supaya masih ada harapan. Ujian yang dinamakan SNMPTN kucoba
kembali. Ketika pengumuman tiba, sebelumnya aku buka facebook. Status teman-
teman begitu bangga karena keterima di perguruan tinggi yang diinginkan.
Aku mencoba berbesar hati untuk tidak mengharapkan diterima. Perlahan-
lahan dan sudah begitu ikhlasnya, aku membuka pengumuman di website.
Kalimat yang pertama aku lihat, “Selamat kamu diterima di . . . Jurusan . . .. Alhamdulillah,
aku sangat bersyukur sekali.
Usaha dan doaku tidak sia-sia.
“Sekeras apa pun kita berusaha maka akan berbanding lurus dengan hasil.”
“Kejarlah impianmu dan tetap cobalah ikhlas.”
"Menyonsong harapan adalah luar biasa dengan pantang menyerah."
"Syukuri kemudian bersabarlah dengan berdoa."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H