Saya pikir, seorang Ahok tidak akan pernah merencanakan dalam hidupnya untuk menjadi pejabat yang pada akhirnya dipenjara karena tuduhan yang tidak benar. Itu jelas sangat konyol… Tetapi sekalipun demikian, kerikil tajam perpolitikan ini sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk terus melayani masyarakat. Ini menjadi pertanyaan besar dalam benak saya. “MENGAPA???”. Seberapa banyak gaji yang dia terima sehingga ia rela mengalami ini semua? Sampai-sampai mengorbankan keharmonisan keluarganya yang sempat menjadi bumbu pedas dalam sepak terjangnya melayani masyarakat? Saya rasa, berapapun gaji yang diterima Beliau sedikitpun tidak akan sanggup membayar penderitaan yang harus ia alami. Saya yakin sekali, banyak orang akan memilih mundur (mungkin juga saya) jika akan mengalami hal yang sama. “MENGAPA???”
Pertanyaan ini terjawab setelah saya menonton film pendek berjudul Fight Like Ahok Seri 1-3, dimana visi yang kuat ini justru lahir dari kegeraman dan kekecewaan akan kinerja pemerintah di daerahnya yang pada waktu itu tidak berpihak kepada rakyat bahkan menyusahkan rakyat, termasuk dirinya. Dengan yakin ia menawarkan dirinya untuk menjadi corong bagi keluhan masyarakat di parlemen sebab ia menyadari betul inilah peran utama seorang wakil rakyat. Sekalipun ia seorang yang menyandang minoritas dan dianggap “haram” karena latar belakangnya seorang Nasrani, ia tetap dengan yakin menyatakan bahwa ia memastikan akan membawa suara rakyat ke parlemen. Statemen yang paling menyentuh hati saya adalah ketika dia mengatakan, “Seandainya saya tidak terpilih di daerah itu, tetapi pada akhirnya terpilih karena menang di daerah lain, ia akan tetap memperhatikan kesejahteraan dan membawa suara masyarakat di daerah yang tidak memilihnya.” Dan ia membuktikan hal tersebut dimana ia menjadi Bupati pertama di Indonesia yang membuat program universal coverage pertama kali di Indonesia? (Ditantang Program, Ahok: Elu Mau Tanding Ide Apa Sama Saya (suara.com) yang akhirnya menjadi program yang sangat insightful bagi peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia. Program yang bepihak sepenuhnya kepada rakyat. Benar-benar PEJABAT HALAL!
Izinkan saya memberi judul tulisan ini dengan judul “Pejabat Halal” yang pada akhirnya sangat banyak menginspirasi saya untuk maju menjadi wakil rakyat di daerah saya yakni Dapil I Kota Gunungsitoli. Mengapa demikian? Bicara tentang Pejabat Halal kita akan berhadapan dengan dua kata penuh otoritas, yakni: Pejabat dan Halal. Pejabat berarti orang yang dipilih karena dipercaya untuk menjabat atau mengemban sesuatu tugas penting sedangkan Halal berarti sesuatu yang dibolehkan atau diizinkan. Bahkan ada pengertian tambahan mengenai halal ini sendiri ini yakni sesuatu yang tidak membahayakan dunia dan akhirat. Maka memilih pejabat halal di Pemilu 2024 adalah HALAL bagi siapapun sebab kehadirannya tidak membahayakan siapapun sebaliknya amanah rakyat akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga mendatangkan kebaikan bagi dunia dan akhirat.
Belajar dari sepak terjang Ahok di dunia politik, saya pikir gelar ini patut melekat di dalam diri seorang Ahok yakni sebagai Pejabat Halal, sebab profil seorang pejabat halal benar-benar nyata dalam keseharian Ahok, Mulai dari keterbebanannya akan kondisi masyarakat miskin dan terzolimi, bukankah itu halal? Kemudian lanjut upaya-upayanya untuk memperkenalkan diri dengan cara-cara yang murni tidak main uang, bukankah itu halal? Dibuktikan dengan program-program yang berpihak kepada kepentingan masyarakat, bukankah itu juga halal? Hatinya yang tidak pandang bulu dalam mengemban amanah, bukankah itu halal? Tidak putus asa demi memenangkan hati rakyat sebab ia tahu apa tujuannya yakni menyuarakan keluhan rakyat, bukankah itu halal? Hidup berbaur sampai ke masyarakat kecil, bukankah juga halal?
Masyarakat mana yang tidak ingin dibantu oleh Pejabat Halal seperti Pak Ahok. Tidak ada yang dapat mematahkan hipotesa bahwa ada hubungan antara pejabat halal dengan antusias masyarakat dalam memilih wakil rakyat. Politik uang manapun pasti akan gugur dengan sendirinya bila masyarakat celik bahwa kehadiran pejabat halal akan memberikan keuntungan berkali-kali lipat dari sekedar serangan fajar semalam. Ingin membungkam ketidakadilan yang menyengsarakan rakyat, jadilah Pejabat Halal. Pejabat yang dipilih dan dipercaya oleh rakyat sebab ia tidak mendatangkan bahaya bagi orang-orang yang memilih dia. Pejabat yang mendatangkan kebaikan bagi rakyat sepenuhnya.
Masuk ke dunia politik sempat membuat saya ragu karena isu-isu santer yang saya dengar bahwa dunia politk itu jahat dan penuh dengan kelicikan. Belum lagi isu politik mengenai politik uang yang sudah jadi rahasaia umum. Dunia politik juga telah banyak menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap tokoh politik yang tadinya datang dengan “mengemis suara” tapi akhirnya menjadi penghianat rakyat itu sendiri dengan korupsi. Bahkan partai sebaik apapun pasti ada saja pejabat haram berkedok sogokan yang ikut bermain didalamnya. Tetapi pernyataan Ahok menyadarkan saya bahwa orang benar/orang baik harus memberi warna kalau ingin mengubah nasib rakyat (Blak-blakan Ahok Soal Kehidupan di Penjara - YouTube). Kalau bukan kita siapa lagi? Rakyat butuh Pejabat Halal seperti Ahok.
Menjadi pejabat halal seperti Ahok menjadi inspirasi tersendiri buat saya dalam mengajukan diri menjadi BaCaLeg di Pemilu 2024. Rakyat juga perlu dibantu untuk mengenal profil ini sehingga pada akhirnya memilih pejabat halal demi kemaslahatan bersama. Bagaimana caranya? Salah satu caranya adalah Fight Like Ahok. Kiranya tulisan saya tidak hanya menginspirasi para BaCaLeg untuk maju menjadi Pejabat Halal tetapi juga mencelikkan warga untuk Pilih yang Bener yakni pilih Pejabat Halal demi Indonesia yang lebih baik.
Road to Good Nation 2024
Salam,
Senikariawati Laiya, S.Psi., M.A. (Shen)
Kenali saya lebih jauh di: Profil Senikariawati Laiya, S.Psi., M.A. (goodkind.id)